9 Perubahan Bentuk Feses yang Perlu Diwaspadai
Bentuk kotoran bisa beragam.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saat buang air besar (BAB), kotoran yang keluar bisa memiliki bentuk dan ukuran yang beragam. Perubahan bentuk dan ukuran kotoran bisa dipengaruhi oleh berbagai faktor.
"Perubahan pola BAB bergantung pada pola makan, aktivitas fisik, berapa banyak air putih yang dikonsumsi, dan obat apa yang orang gunakan," ungkap ahli gastroenterologi M Nuri Kalkay, seperti dikutip dari Huffington Post, Kamis (14/10).
Di antara perubahan kotoran yang mungkin terjadi, ada beberapa yang patut diwaspadai dan sebaiknya dikonsultasikan dengan dokter. Berikut ini adalah perubahan kotoran tersebut.
Berwarna hitam
Kotoran yang berwarna hitam, bukan cokelat tua, perlu diwaspadai. Warna hitam tersebut dapat menunjukkan ada perdarahan di saluran pencernaan atas seperti kerongkongan, lambung, atau usus kecil.
Akan tetapi ,ada pengecualian yang membuat kotoran berwarna hitam tak perlu dikhawatirkan. Misalnya, bila kotoran berwarna hijau tua hampir seperti hitam karena konsumsi supelemen zat besi. Warna kotoran juga bisa tampak hampir seperti hitam bila seseorang mengonsumsi obat yang mengandung bismuth, seperti obat mual, muntah, dan mulas Pepto Bismol.
Ada darah merah segar
Keluarnya kotoran yang disertai darah merah segar juga sebaiknya tak diabaikan. Kondisi ini dapat menunjukkan adanya perdarahan yang bersumber di anal cana atau kanalis anal atau rektum. Beberapa masalah kesehatan yang mungkin memicu terjadinya kondisi ini adalah kanker rektum, polip dubur, fisura anus, atau wasir internal.
Berwarna marun
Kotoran dengan warna merah marun biasanya memiliki konsistensi lebih cair dan disertai dengan aroma tak sedap yang berbeda dari aroma kotoran biasa. Tampilan kotoran seperti ini bisa mengindikasikan adanya perdarahan pada ujung usus kecil atau kolon. Kondisi ini biasanya dipicu oleh masalah kesehatan yang memerlukan penanganan darurat, seperti divertikulosis dan malformasi arteriovenosa.
Terlihat pucat, berminyak, dan sangat bau
Kotoran yang terlihat pucat, berminyak, dan disertai aroma yang sangat tak sedap dikenal sebagai steatorea. Penyebabnya ialah adanya lemak berlebih di kotoran.
Steatorea kerap ditemukan pada orang dengan sindrom malabsorpsi, insufisiensi pankreas, dan penyakit bilier. Kotoran yang keluar dalam bentuk sindrom malabsorpsi, insufisiensi pankreas dan penyakit bilier mengindikasikan bahwa tubuh kesulitan untuk menyerap lemak dan dapat menjadi tanda bahwa pasien berisiko terkena defisiensi vitamin larut lemak seperti vitamin A, D, E, dan K.
Bentuk atau konsistensi berbeda dari biasanya
Bentuk atau konsistensi kotoran yang tampak berbeda dibandingkan biasanya perlu dipertanyakan. Sebagai contoh, seseorang biasanya menegluarkan kotoran yang halus dan panjang seperti sosis, namun tiba-tiba kotorannya tampak tipis seperti pensil.
"Itu bisa menandakan bahwa mungkin ada masalah peradangan, seperti Crohn's atau infeksi," ujar dokter bedah umum Karen Soika.
Konsistensi kotoran yang menjadi cair atau diare juga bisa menjadi tanda adanya masalah kesehatan. Misalnya, sindrom iritasi usus, infeksi, atau penyakit peradangan usus.
Diare cair setelah berkemah
Keluan diare yang terjadi setelah berkemah bisa disebabkan oleh giardiasis, suatu penyakit yang disebabkan oleh giardia, organisme protozoa.
Giardia bisa ditemukan di air segar. Untuk menghindari kondisi ini, panaskan air segar yang diambil di area pegunungan atau perkemahan sebelum dikonsumsi.
Berlendir
Kotoran yang disertai lendir sering kali disebabkan oleh inflamasi pada usus. Masalah ini kerap terjadi pada kasus penyakit peradangan usus seperti Crohn's atau kolitis ulseratif. Jangan abaikan bila kotoran berlendir disertai dengan darah atau sakit pada perut.
Keras atau sembelit
Kotoran yang keras atau frekuensi BAB yag jarang dapat mengindikasikan sembelit. Sembelit umumnya disebabkan oleh kurangnya serat pada pola makan sehari-hari atau kurang asupan cairan. Sembelit juga bisa diakibatkan oleh konsumsi obat tertentu, sumbatan di usus, atau dalam kasus yang lebih jarang akibat kanker usus.
Lembek, berair, atau frekuensi sering
Kotoran yang lembek perlu dikhwatirkan bila disertai dengan diare yang berlangsung lebih dari dua pekan, atau bila disertai dengan perdarahan, penurunan berat badan, atau gejala-gejala yang membuat sulit tidur malam.
Diare yang tak dipicu oleh infeksi, kemungkinan disebabkan oleh intolernasi laktosa, sindrom iritasi usus, sindrom peradangan usus, atau penyakit celiac. Tes darah, tes feses, atau kolonoskopi dapat membantu dokter mengetahui penyebab terjadinya diare berkepanjangan tersebut.