Risiko Covid-19 yang Parah Dapat Dilihat dari Kondisi Arteri

Kekakuan aorta dapat mencerminkan risiko keparahan pasien Covid-19.

AP/Andreea Alexandru
Pasien Covid-19 bergejala berat dirawat di ICU rumah sakit (Ilustrasi). Kondisi kekakuan arteri bisa menjadi prediktor keparahan Covid-19.
Rep: Puti Almas Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Studi terbaru yang diterbitkan di jurnal Scientific Reports menunjukkan bahwa indikasi risiko keparahan Covid-19 dapat dilihat dari kekakuan arteri, yakni pembuluh darah yang berfungsi mengalirkan oksigen dari jantung ke seluruh tubuh. Hal itu dilakukan dengan memperkirakan kecepatan gelombang nadi atau detak jantung (ePWV).

Baca Juga


Para peneliti mencatat bahwa penanda kekakuan aorta sebagai pembuluh darah utama dan terbesar di tubuh manusia ini telah menjadi cara efektif untuk mengidentifikasi pasien yang berisiko tinggi saat terkena Covid-19. Akurasi penilaian risiko pasien pada saat masuk rumah sakit sangat penting secara klinis karena akan menentukan strategi terapeutiknya.

Sebuah tim yang dipimpin oleh peneliti di Newcastle University menunjukkan bahwa ePWV menyediakan alat klinis tambahan untuk memperbaiki strata risiko pasien rawat inap di luar faktor risiko yang ditetapkan. Penelitian ini melibatkan 1.671 orang dari Inggris, Italia, dan Yunani.

Peneliti menemukan bahwa penambahan ePWV ke penanda prediktif klinis atau skor kematian yang divalidasi meningkatkan nilai prognostik dalam risiko kematian di rumah sakit. Oleh karena itu, ini dapat memfasilitasi keputusan terapeutik pada Covid-19 dengan gejala parah.

"Temuan kami menunjukkan bahwa peningkatan kekakuan aorta dapat berfungsi sebagai prediktor kematian pada infeksi Covid-19, mencerminkan pengganti penuaan kumulatif dan profil kardiovaskular berisiko tinggi," ujar Konstantinos Stellos, profesor di bidang Kedokteran Kardiovaskular di Newcastle University, dilansir Times Now News, Jumat (15/10).

Temuan dalam studi menunjukkan bahwa ePWV secara signifikan lebih tinggi pada pasien Covid-19 dibandingkan dengan pasien yang tidak terinfeksi penyakit wabah ini. Kecepatan gelombang nadi adalah pengukuran kekakuan arteri yang merupakan prediktor independen risiko kardiovaskular.

Hal tersebut dapat diukur secara sederhana dan non-invasif, yakni dengan mengukur tekanan nadi karotis dan femoralis, dengan sensor pada pergelangan kaki dan leher. Selain itu, waktu tunda antara keduanya atau dengan metode lain yang mengandalkan analisis gelombang nadi.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler