Elnusa dan PGE Kerja Sama Kembangkan Teknologi Panas Bumi

Dengan teknologi karya anak bangsa ini perusahaan bisa memonitor sumur saat produksi

istimewa
PT Elnusa Tbk (ELSA/Elnusa) bersama PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) telah melakukan Factory Acceptance Test (FAT) prototype teknologi pengukuran laju alir dua fasa atau Two Phase Flow Meter. (ilustrasi).
Rep: Intan Pratiwi Red: Gita Amanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Elnusa Tbk (ELSA/Elnusa) bersama PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) telah melakukan Factory Acceptance Test (FAT) prototype teknologi pengukuran laju alir dua fasa atau Two Phase Flow Meter.

Kegiatan FAT ini merupakan tindak lanjut dari kerja sama antara Elnusa bersama PGE. Elnusa Fabrikasi Kontruksi (EFK), anak perusahaan Elnusa, ditunjuk melakukan manufaktur pembuatan prototype Two Phase Flow Meter yang merupakan terobosan teknologi geothermal pertama di dunia. Acara FAT ini disaksikan langsung oleh kedua pihak yaitu Elnusa maupun PGE baik secara daring maupun luring di Workshop EFK Merak, Cilegon.

Eko Agung Bramantyo, Direktur Operasi Pertamina Geothermal Energy, mengatakan bahwa dengan teknologi karya anak bangsa ini perusahaan bisa memonitor sumur saat produksi dan alat ini bisa memprediksi berapa lama produktivitas sumur geothermal.

“Semoga PGE bisa menemukan hal lain yang bisa dikembangkan kedepannya,” kata Eko dalam siaran persnya, Ahad (24/10).

Ali Mundakir, Direktur Utama Elnusa, menyampaikan kerja sama ini menjadi salah satu bentuk nyata sinergi antar anak perusahaan Pertamina Group dan menjadi potensi bisnis Elnusa juga PGE. “Semoga pemanfaatan teknologi Prototype ini berjalan lancar sebagai uji operasi di lapangan panas bumi sebelum dapat dimanfaatkan secara luas dan menuju tahap komersialisasi. Kami harap alat ini nantinya akan dipakai secara masif di dalam operasionalisasi geothermal, baik di dalam negeri maupun luar negeri,” ujarnya.

Teknologi Two Phase Flow Meter merupakan inovasi pengembangan teknologi real-time data untuk memastikan performa suatu sumur panas bumi sehingga dapat menjaga kualitas sumur. Alat ini juga sudah dalam proses paten di enam negara, antara lain Iceland, Turki, Filipina, dan New Zealand.

Setelah keberhasilan FAT, milestone berikutnya adalah mobilisasi dan instalasi prototype primary dan secondary element di PGE area Ulubelu. Tentunya dilanjutkan dengan Site Acceptance Test (SAT), dan Proof of Concept (PoC).

Kedepan melalui kerja sama ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan perusahaan dalam pengembangan potensi energi baru terbarukan di Indonesia yang dapat mendorong transisi energi di Indonesia.

Estadi Budiatman, Direktur Utama EFK, menambahkan EFK sebagai perusahaan manufaktur peralatan migas terkemuka dengan pelayanan solusi total, mampu menjawab tantangan untuk melakukan pembuatan manufaktur prototype pengukuran laju alir dua fasa yang merupakan hasil karya anak bangsa dalam pengembangan potensi energi baru terbarukan di Indonesia.

“Kami mohon dukungan dan doa restunya, agar semua proses dapat berjalan dengan lancar dan tepat waktu,” ujar Estadi.

Baca Juga


BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler