Penyelamatan Es di Benua Arktik Ditentukan di KTT Glasgow

Ilmuwan percaya pemanasan Arktik telah berkontribusi terhadap bencana cuaca di dunia.

greenland.go
Greenland
Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/Puti Almas Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, GREENLAND -- Para ilmuwan menemukan Arktik memanas tiga kali lebih cepat daripada bagian planet lainnya. Alhasil, negosiasi iklim PBB yang sedang berlangsung di Skotlandia pekan ini dapat membuat perbedaan antara es dan air di puncak dunia dengan cara yang sama.

Baca Juga


Menurunkan suhu sekecil apa pun menjadi sangat penting di sekitar titik beku. Sebaliknya, kenaikan suhu seberapa kecil pun bisa memengaruhi es di sana yang berujung pada pengaruhnya terhadap cuaca di seluruh dunia.

Lapisan es dan gletser Arktik menyusut. Beberapa gletser sudah hilang. Permafrost, tanah es yang memerangkap metana gas rumah kaca yang kuat, sedang mencair.

Kebakaran hutan telah terjadi di Arktik. Suhu di Siberia bahkan mencapai 38 derajat Celcius.

baca juga: Siberia Alami Fenomena Iklim Baru yang Mengerikan

Bahkan sebuah wilayah bernama Last Ice menunjukkan pencairan tak terduga tahun ini. Dalam beberapa dekade mendatang, Arktik kemungkinan akan mengalami musim panas tanpa es laut.

Puncak Greenland (ilustrasi) - (republika)

 

 

Ketika kembali secara teratur ke Greenland, ilmuwan es Twila Moon, yang merupakan seorang peneliti di US National Snow and Ice Data Center, mengatakan dia mendapati dirinya berduka karena emisi karbon dioksida masa lalu yang memerangkap panas.

“Tetapi keputusan yang kita buat sekarang tentang berapa banyak lagi polusi karbon yang dipancarkan Bumi akan berarti perbedaan yang sangat besar antara berapa banyak es yang kita simpan dan berapa banyak yang hilang dan seberapa cepat,” katanya, dilansir dari PHYS, Ahad (7/11). 

Nasib Arktik tampak besar selama pembicaraan iklim Glasgow. Para ilmuwan percaya bahwa pemanasan di sana telah berkontribusi terhadap bencana cuaca di tempat lain di seluruh dunia.

“Jika kita berakhir di Laut Arktik musiman yang bebas es di musim panas, itu adalah sesuatu yang tidak pernah diketahui peradaban manusia,” kata mantan kepala ilmuwan NASA Waleed Abdalati, yang menjalankan program lingkungan Universitas Colorado.

Es Greenland dan Antartika mencair enam kali lebih cepat. - (republika)

 

 

Apa yang terjadi di Arktik adalah efek pelarian. Ilmuwan es University of Manitoba Julienne Stroeve mengatakan begitu es mulai mencair, itu akan meningkatkan lebih banyak lelehan.

Saat tertutup salju dan es, Arktik memantulkan sinar matahari dan panas. Tetapi selimut itu makin menipis dan saat lebih banyak es laut mencair di musim panas.

“Anda mengungkapkan permukaan laut yang sangat gelap, seperti kaus hitam,” kata Moon.

Yang dimaksud Moon seperti pakaian berwarna gelap adalah permukaan laut yang terbuka menyerap panas dari matahari dengan lebih mudah.

Antara 1971 dan 2019, permukaan Arktik menghangat tiga kali lebih cepat daripada bagian dunia lainnya, menurut Program Pemantauan dan Penilaian Arktik.

Abdalati mengatakan Arktik tidak hanya berubah suhu. “Ini berubah keadaan. Ini menjadi tempat yang berbeda,” ujarnya.

 

Perjanjian Iklim Paris 2015 menetapkan tujuan membatasi pemanasan Bumi hingga 1,5 derajat Celcius di atas suhu pra-industri, atau, jika gagal, menjaganya di bawah 2 derajat Celcius. Kini, menurut catatan dunia telah menjadi lebih hangat 1,1 derajat Celcius sejak akhir 1800-an.

Perbedaan antara apa yang terjadi pada 1,5 derajat dan 2 derajat dapat menghantam Arktik lebih keras daripada bagian dunia lainnya, ilmuwan iklim  University of Alaska Fairbanks John Walsh, anggota tim pemantau Arktik mengungkapkan. “Kita bisa menyelamatkan Arktik atau setidaknya melestarikannya dengan banyak cara, tapi kita akan kehilangan itu jika kita melampaui 1,5 (derajat),” kata dia.

Stroeve mengatakan Arktik telah melewati pemanasan 2 derajat Celcius. Suhu di sana mendekati 9 derajat Celcius dari pemanasan pada November.

Pemanasan Arktik bukan hanya masalah bagi orang-orang yang tinggal di Arktik. Ini menimbulkan masalah bagi daerah yang lebih jauh ke selatan.

Semakin banyak penelitian menghubungkan perubahan Arktik dengan perubahan aliran jet- sungai udara yang menggerakkan cuaca dari barat ke timur- dan sistem cuaca lainnya.

Perubahan itu, kata para ilmuwan, dapat berkontribusi pada peristiwa cuaca yang lebih ekstrim, seperti banjir, kekeringan, pembekuaan Texas pada Februari, atau kebakaran hutan yang lebih parah. Selain itu, mencairnya lapisan es dan gletser dapat menambah naiknya permukaan laut.

 

“Nasib tempat-tempat seperti Miami terkait sangat erat dengan nasib Greenland. Jika Anda tinggal di Topeka, Kansas, atau jika Anda tinggal di California. Jika Anda tinggal di Nigeria, hidup Anda akan terpengaruh. .... Arktik penting di semua tingkatan,” kata David Balton, Komite Pengarah Eksekutif Arktik Amerika Serikat (AS) dan berurusan dengan negara negara utara lainnya.

Sebelumnya, Berdasarkan laporan dari The Emissions Gap Report 2021: The Heat Is On, yang dirilis pada 26 Oktober lalu mengungkapkan bahwa apa yang terjadi saat ini justru menunjukkan bahwa pemanasan global terus terjadi. Bahkan, Bumi menghangat hingga 2,7 derajat Celcius di atas tingkat pra-industri pada akhir abad ini. 

Dalam laporan yang dirilis pada Agustus, panel PBB untuk perubahan ikli, IPCC mencatat bahwa peristiwa cuaca ekstrem, yang diperburuk oleh perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia, sekarang terjadi di setiap bagian Bumi. 

“Terlepas dari peringatan yang mengerikan ini, para pihak dalam Perjanjian Paris sama sekali gagal untuk menjaga target dalam jangkauan,” ujar Sekretaris Jenderal PBB António Guterres, dilansir Science News, Rabu (27/10).

Kabar dari KTT Glasgow

Konferensi perubahan iklim yang berlangsung di Glasgow diwarnai berbagai unjuk rasa. Pada Sabtu (6/11), puluhan ribu pengunjuk rasa berbaris melalui pusat kota Glasgow yang hujan dan di banyak kota lain di seluruh dunia. Mereka menuntut tindakan yang lebih berani pada Konferensi Tingkat Tinggi Perubahan Iklim COP26.

Dari pertemuan kepala negara yang hadir dalam KTT ini diketahui beberapa negara meleset dari target emisi bersih yang disepakati di Perjanjian Paris. 

India berjanji untuk mengurangi emisinya menjadi nol bersih pada tahun 2070. Rencana India ini menghilangkan tujuan utama KTT COP26 bagi negara-negara untuk berkomitmen mencapai target itu pada tahun 2050.

China telah mengumumkan rencana untuk netralitas karbon pada tahun 2060. Amerika Serikat dan Uni Eropa bertujuan untuk mencapai nol bersih pada tahun 2050. Indonesia sendiri menargetkan emisi bersih pada 2060.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler