Benarkah Parasetamol Kurang Baik untuk Ibu Hamil?
Ibu hamil tidak sembarangan mengonsumsi parasetamol, meski boleh dikonsumsi.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Koalisi ahli internasional menganjurkan ibu hamil untuk mengurangi penggunaan parasetamol. Anjuran ini didasarkan pada bukti yang berkembang bahwa penggunaan parasetamol selama kehamilan dapat mempengaruhi perkembangan janin dalam kandungan.
Koalisi ahli ini beranggotakan lebih dari 90 orang ahli dari berbagai negara, seperti Amerika Serikat, Skotlandia, Denmark, Swedia, dan Prancis. Para ahli ini mengeluarkan sebuah pernyataan konsensus yang meminta agar parasetamol digunakan secara hati-hati selama kehamilan. Pernyataan ini mereka buat berdasarkan penelitian selama 25 tahun.
Para ahli menyoroti bukti berkembang yang menunjukkan bahwa parasetamol mungkin dapat mempengaruhi perkembangan janin dalam kandungan. Selain itu, konsumsi parasetamol di masa kehamilan juga tampak meningkatkan risiko gangguan pemusatan perhatian atau attention deficit hyperactive disorder (ADHD) serta autisme.
Akan tetapi, ibu hamil tidak perlu memusuhi parasetamol. Alasannya, parasetamol merupakan opsi obat yang lebih aman untuk membantu mengatasi demam pada ibu hamil. Seperti diketahui, demam pada ibu hamil yang tak ditangani memiliki sedikit risiko terhadap gangguan saraf dan jantung.
Terkait hal ini, para ahli dalam koalisi meminta agar ibu hamil tidak sembarangan mengonsumsi parasetamol. Namun bila dibutuhkan, parasetamol sebaiknya dikonsumsi dalam dosis efektif terkecil untuk waktu sesingkat mungkin.
Berdasarkan anjuran National Health Service (NHS) saat ini, parasetamol bisa dikonsumsi oleh ibu hamil dan menyusui secara aman. Regulator obat di Amerika Serikat dan Eropa juga mengungkapkan bahwa parasetamol memiliki risiko minimal ketika digunakan secara benar selama kehamilan.
Oleh karena itu, parasetamol merupakan obat yang cukup umum dikonsumsi oleh ibu hamil di berbagai belahan dunia. Diperkirakan ada lebih dari setengah ibu hamil di dunia yang menggunakan parasetamol untuk meredakan demam dan nyeri, sebagai alternatif ibuprofen yang tak dianjurkan untuk ibu hamil di usia kehamilan tua.
Profesor di bidang obstetri dari King's College London Andrew Shennan yang tak terlibat dalam penelitian menilai pernyataan para ahli memberikan pandangan yang seimbang mengenai potensi risiko dan manfaat parasetamol dalam kehamilan. Para ahli tersebut menyoroti bahwa mengobati nyeri dan demam pada ibu hamil dapat menurunkan risiko kehamilan.
"Dan alternatif parasetamol (ibuprofen) memiliki bukti bisa merugikan," jelas Profesor Shennan.
Profesor Shennan mengatakan bukti bahwa parasetamol merugikan memang tidak kuat. Akan tetapi, observasi pada manusia terkait masalah perkembangan ini telah didukung oleh studi pada hewan.
"Selalu menjadi hal yang penting untuk mengonsumsi obat-obatan selama kehamilan berdasarkan anjuran dokter spesialis," ujar Profesor Shennan.
Prinsip umum penggunaan obat di masa kehamilan adalah hanya menggunakan obat yang sudah terbukti efikasi dan keamanannya. Parasetamol, lanjut Profesor Shennan, merupakan salah satu obat yang bisa digunakan secara aman pada kehamilan.
Menurut dia, janin sudah terbentuk sempurna pada pekan kesepuluh kehamilan. Pada saat ini, obat memiliki kemungkinan kecil untuk memberikan kerugian signifikan dalam perkembangan janin.
"Pengawasan yang hati-hati dan penelitian lebih lanjut perlu dilakukan, tetapi parasetamol bisa digunakan untuk mengobati rasa sakit dan demam pada kehamilan," jelas Profesor Shennan.
Dr Sarah Stock dari University of Edinburgh Usher Institute mengatakan para ahli dalam koalisi internasional tersebut telah melakukan pekerjaan yang baik. Akan tetapi, temuan mereka tidak cukup kuat untuk mengubah rekomendasi penggunaan parasetamol dalam kehamilan yang sudah ada saat ini.
"Banyak dari bukti itu tidak cukup kuat untuk menarik kesimpulan bahwa penggunaan parasetamol dalam kehamilan, terutama penggunaan yang hanya sesekali, bisa menyebabkan masalah perkembangan pada manusia," jelas Dr Stock.
Dr Stock menekankan bahwa parasetamol merupakan obat yang efektif untuk mengurangi nyeri dan demam. Oleh karena itu, parasetamol akan tetap menjadi obat yang penting bagi ibu hamil bila mereka memerlukannya.
"Tentu, hamil atau tidak, tak seorang pun disarankan untuk mengonsumsi obat yang tak mereka butuhkan, dalam waktu yang lebih lama dari yang dibutuhkan, atau dengan dosis yang lebih besar dari yang diperlukan," ungkap Dr Stock.