Xi Jinping: China tak Cari Dominasi Atas Asia Tenggara

Menurut Xi Jinping, China menentang hegemonisme dan politik kekuasaan

AP/Andy Wong
Presiden China Xi Jinping mengatakan negaranya tidak akan mencari dominasi atas Asia Tenggara atau menggertak tetangganya yang lebih kecil. Ilustrasi.
Rep: Kamran Dikarma Red: Christiyaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING – Presiden China Xi Jinping mengatakan negaranya tidak akan mencari dominasi atas Asia Tenggara atau menggertak tetangganya yang lebih kecil. Hal itu disampaikan saat masih rutinnya gesekan di wilayah Laut China Selatan (LCS).

“China dengan tegas menentang hegemonisme dan politik kekuasaan, ingin menjaga hubungan persahabatan dengan tetangganya, dan bersama-sama memelihara perdamaian abadi di kawasan ini serta sama sekali tidak akan mencari hegemoni atau sekurangnya, menggertak (negara) yang kecil," kata Xi saat berbicara dalam konferensi virtual ASEAN-China pada Senin (22/11) dikutip Xinhua.

Xi menekankan perdamaian adalah kepentingan bersama terbesar dari semua pihak. Dalam hal ini, China akan mengerahkan upaya terbaik untuk menghindari konflik. “Kita harus menjadi pembangun dan pelindung perdamaian regional, menekankan dialog alih-alih konfrontasi, dan bergandengan tangan dalam menangani aktor negatif yang mengancam untuk merusak perdamaian,” ujarnya.

Dalam KTT ASEAN-China yang diselenggarakan secara virtual, Presiden Filipina Rodrigo Duterte sempat mengungkit insiden penembakan kapal negaranya menggunakan meriam air oleh kapal penjaga pantai China di wilayah LCS. Dia mengaku membenci insiden tersebut.

“Kami membenci peristiwa baru-baru ini. Ini tidak berbicara dengan baik tentang hubungan antara negara-negara kita,” kata Duterte dalam pidatonya. Dia menekankan aturan hukum adalah satu-satunya solusi untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Awal pekan lalu, dua kapal pemasok makanan untuk tentara Filipina ditembak menggunakan meriam air oleh tiga kapal penjaga pantai China di wilayah Ren’ai Jiao di LCS. Filipina menyebut wilayah itu dengan nama Kulumpol ng Ayungin, yang merupakan atol di Kepulauan Spartly di LCS.

Menteri Luar Negeri Filipina Teodoro Locsin Jr. pada Selasa (16/11) lalu mengungkapkan tidak ada yang terluka dalam insiden tersebut. Namun dua kapal pemasok makanan untuk tentara negaranya itu akhirnya membatalkan misinya.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian menyebut, penembakan terhadap dua kapal Filipina itu sudah tepat. “Dua kapal Filipina melewati perairan dekat Ren’ai Jiao di wilayah China tanpa izin. Lalu kapal penjaga pantai China menjalankan tugasnya sesuai dengan hukum untuk menjaga kedaulatan China serta tata tertib di lautan,” ujarnya pada Kamis (18/11).

Dia mengklaim situasi di dekat Ren’ai Jiao tetap damai. “China dan Filipina sedang menegosiasikan masalah tersebut,” kata Zhao.

Baca Juga


sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler