Pasang Surut Juventus Musim Ini

Pada akhirnya hanya Juventus dan Allegri yang tahu.

EPA-EFE/MASSIMO PICA
Pemain Juventus Paulo Dybala gagal mengeksekusi penalti saat pertandingan sepak bola Serie A Italia US Salernitana vs Juventus FC di stadion Arechi di Salerno, Italia, Rabu (1/12)..
Rep: Frederikus Bata Red: Gilang Akbar Prambadi

REPUBLIKA.CO.ID, Jatuh bangun. Kata-kata yang tepat untuk menggambarkan kondisi Juventus musim ini.

Baca Juga


Sedari awal, Juve seperti tidak memiliki perencanaan matang. Saat Cristiano Ronaldo hengkang, Bianconeri belum menemukan pengganti sepadan. Mereka memulangkan Moise Kean ke Turin.

Tapi Kean, Kaio Jorge, dan beberapa pemain muda lainnya, bagian dari proyek jangka panjang si Nyonya Tua. Kepergian Ronaldo menimbulkan masalah tersendiri. Bukan hanya karena betapa hebatnya CR7.

Tapi lebih pada waktu yang kurang tepat ketika ia menuju klub lain. Beberapa hari menjelang penutupan bursa transfer, ia berlabuh ke Manchester United. Jelas, itu sulit bagi manajemen hitam putih mencari goal getter handal dalam waktu singkat.

Tapi pada saat yang sama, Bianconeri kembali harus bermain kolektif. Mereka dituntut berjuang atas nama tim di setiap pertandingan. Tak ada lagi individu yang sangat menonjol.

Lantas apakah semuanya berjalan sesuai rencana? Rupanya belum sepenuhnya demikian. Sepanjang musim 2021/22 bergulir, si Nyonya Tua mengalami pasang surut.

Juventus belum konsisten meraih hasil positif di Serie A. Anehnya, di Liga Champions, Juve melaju mulus saat meraih tiket babak knock out usai matchday keempat. Pekerjaan rumah bagi pelatih Massimiliano Allegri untuk mengembalikan pasukannya ke jalur positif di berbagai kompetisi.

Dimulai dari ranah domestik. Alvaro Morata dan rekan-rekan terlempar dari zona empat besar. Tepatnya berada di posisi ketujuh klasemen sementara.

Pertanyaannya, apakah kekuatan Juve mulai berkurang? Atau kualitas para pesaingnya mengalami peningkatan.

"Segalanya berubah, orang datang dan pergi, tetapi Juventus akan selalu ada. Hidup berjalan dalam siklus, itu harus diterima sebagai tantangan. Saya menerima tantangan ini karena tahu itu sulit, karena tidak mungkin untuk menang lebih dari sembilan tahun berturut-turut, bukan?" kata Allegri, dikutip dari Football Italia, usai timnya menundukkan tuan rumah Selernitana, Rabu (1/12).

Pernyataan Allegri di atas, bisa menjawab pertanyaan sebelumnya. Ia merasa, skuat Bianconeri yang dilatihnya saat ini, berbeda dengan beberapa tahun lalu. Pada saat yang sama, ia memahami para rival takkan membuat si Nyonya Tua terus berpesta.

Tanda-tandanya sudah terlihat ketika musim lalu, Inter Milan meraih scudetto. Fakta demikian bisa dinilai sebagai bentuk kemajuan sepak bola Italia. Pun kali ini, Allegri harus berhadapan dengan skuat Napoli, AC Milan, Atalanta, bahkan AS Roma yang terus berbenah.

Artinya, ada sedikit 'kewajaran', Jika Juventus tak lagi menjadi penguasa tunggal di Serie A. Pekerjaan rumah Allegri lebih ke perkara taktik. Ia dituntut mengubah pendekatannya.

Sang arsitek cenderung pragmatis. Namun sepak bola modern lebih identik dengan permainan menyerang dengan segala risikonya sepanjang 90 menit. Sebenarnya terdapat benang merah yang bisa ditarik.

Allegri bisa memaksimalkan skuad mudanya untuk melatih pendekatan yang lebih ofensif. Kekalahan 0-4 di markas Chelsea menjadi pelajaran berharga. Di Eropa, tak ada lagi ruang untuk tim yang lebih fokus melakukan serangan balik.

Pada akhirnya hanya Juventus dan Allegri yang tahu. Saat menundukkan Salernitana, ia meninggalkan pakem 4-4-2, menjadi 4-2-3-1. Terlihat Pemain seperti Dejan Kulusevski, Paulo Dybala, Federico Bernardeschi lebih didorong ke depan untuk mendukung penyerang (Moise Kean/Morata).

Apakah ini pertanda sang arsitek bakal lebih berani bermain menekan? Entahlah. Lawan yang mereka hadapi berstatus juru kunci di Serie A.

"Setidaknya, setelah pertandingan itu, saya bisa meminum segelas anggur dan merasa bahagia," ujar kapten Juve, Giorgio Chiellini di Arechi Stadium.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler