Syarikat Islam Gelar Kongres Nasional Ke-41
Kongres Nasional Syarikat Islam membahas ekonomi umat dan kedaulatan pangan.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Organisasi dagang Syarikat Islam menggelar Kongres Nasional atau Majelis Tahkim ke-41 di Surakarta, Jawa Tengah. Dalam agenda ini dibahas perihal ekonomi umat dan kedaulatan pangan.
Ketua Umum Syarikat Islam (SI) Hamdan Zoelva menyebut, dengan segala daya dan upaya yang ada, masyarakat harus berupaya menghadapi era Masyarakat 5.0. Di masa ini, kehidupan akan berbasis pada manusia dan teknologi.
"Melalui Masyarakat 5.0, melalui kecerdasan buatan atau AI, akan terjadi transformasi big data yang dikumpulkan melalui internet pada segala bidang kehidupan. Hal ini menjadi suatu kearifan baru, yang didedikasikan untuk meningkatkan harkat kemanusiaan," kata dia saat dihubungi Republika.co.id, Senin (6/12).
Dengan kondisi tersebut, SI meminta agar umat Islam benar-benar menyiapkan diri menghadapi kehidupan tersebut. Nantinya, akan banyak sekali muncul peluang kerja baru, sementara di sisi lain banyak juga bidang pekerjaan yang hilang.
Hamdan Zoelva lantas mengingatkan agar jangan sampai umat Islam kehilangan kesempatan untuk maju, bersamaan dengan perkembangan teknologi yang ada. Dalam rangka menyiapkan diri itu, pemerintah diminta menyiapkan infrastruktur teknologi Informasi hingga ke desa. Dengan adanya fasilitas ini, masyarakat desa bisa mendapat akses yang sama dalam segala aspek kehidupan dan dunia usaha.
"Masyarakat desa bisa mendapat akses informasi, akses Pendidikan, akses berusaha, serta akses menungkatkan potensi diri, sebagaimana halnya mereka yang hidup di kota," lanjutnya.
Di sisi lain, SI disebut mulai menyiapkan diri dengan mengembangkan organisasi dan usaha ekonomi, baik yang dilakukan dalam lingkup organisasi maupun anggotanya. Dengan memanfaatkan teknologi informasi, dilakukan pengembangan block chain melalui kumpulan data berbasis digital, untuk kepentingan organisasi dan kepentingan usaha dari anggota, serta umat Islam dan rakyat Indonesia secara keseluruhan.
Dalam hal kemandirian ekonomi, SI meminta dihentikannya pembangunan ekonomi nasional yang menganut sistem ekonomi liberal, yang hanya menguatkan dominasi kapitalisme dan konglomerasi. SI mendorong dibangunnya perekonomian bangsa berbasis kerakyatan karena sesuai dengan karakter bangsa, yakni Gotong Royong. Akses ruang yang luas harus diberikan bagi tumbuhnya kreativitas daerah-daerah, guna membangun kemampuan ekonomi berbasis syariah dengan kearifan/kecerdasan lokal.
"SI mendorong penguatan kedaulatan pangan, melalui dukungan kuat bagi peningkatan produksi pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan rakyat dengan kemudahan memperoleh lahan, perizinan, permodalan dan jaringan pasar serta kebijakan perlindungan harga atas hasil-hasil produksi rakyat," kata dia.
Untuk mencapai kedaulatan pangan ini, SI mendorong dihentikannya impor, baik beras, gula, sayur-mayur, telur, garam dan daging. Hal ini untuk penguatan pemulihan kedaulatan pangan melalui kemandirian produksi bangsa sendiri.