Cara Mama-Mama Papua Bikin Abon Ikan Gabus-Mujair

Ikan mujair dan gabus toraja yang hidup di Sungai Digoel dapat diolah menjadi abon.

Republika/Priyantono Oemar
Abon ikan mujair dan gabus buatan mama-mama Papua.
Rep: Priyantono Oemar Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ikan tangkapan dari Sungai Digoel sudah siap. Sepuluh kilogram mujair dan 10 kilogram gabus toraja (gastor).

Baca Juga


Mama-mama Papua di Kampung Persatuan, Distrik Mandobo, Kabupaten Boven Digoel lantas membersihkannya. Membuang sisik kulit, mengambil tulang dan duri dan isi perut, lalu dicuci.

"Untuk menghilangkan bau amis dan bau tanah, diberilah garam dan air jeruk nipis selama 15 menit, lalu dicuci lagi," ujar Ida Ngolonggat, Ketua Kelompok Tani Hutan Wanggon, di Tanah Merah, akhir November 2021.

Kelompok Tani Hutan ini mendapat binaan dari Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Boven Digoel Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup Provinsi Papua. Untuk dapat memilih ikan segar yang memenuhi syarat untuk produksi halal dan higienis, mereka mendapat pendampingan dari Dinas Perikanan.

Kepala Seksi Perikanan Budidaya Dinas Perikanan Boven Digoel Hasrina Hamid akan selalu mendampingi mereka, setiap ada kegiatan produksi abon. Bersama 10 mama lainnya sebagai anggota kelompok tani hutan itu, Ida memproduksi abon ikan.

Mama-mama Papua membuat abon dari ikan gabus dan mujair. - (Republika/Priyantono Oemar)

Ikan yang sudah dihilangkan bau amis dan bau tanah itu kemudian direbus selama 10 menit, diberi jeruk pula. Selama direbus, ikan harus sering dibolak-balik agar masaknya merata dan tidak terlalu lembek dagingnya.

Setelah ditiriskan lalu disuir-suir dagingnya. Bumbunya dibuat dari bawang merah, bawang putih, kemiri, jahe, lengkuas, serai, daun salam, kunyit, ketumbar, merica, lada, dan gula merah.

Untuk bisa membuat bumbu ini, mereka mendapat pelatihan dari Ketua Koperasi Cahaya Menta Marta, Adolfina Kubun, yang ditugasi Dinas Perdagangan dan Koperasi sebagai pendamping. Setelah diblender, bumbu ditumis sampai kuning kecokelatan, lalu ikan yang sudah disuwir-suwir dimasukkan sampai berubah warna menjadi kuning kecokelatan juga.

Mama-mama Papua membuat abon dari ikan gabus dan mujair. - (Republika/Priyantono Oemar)

Tumis sampai benar-benar kering. Usai dimasak, ikan suwir dikeringkan dengan mesin pengering, sehingga benar-benar kering, tak ada sisa minyak lagi.

"Jika abon kering betul, bisa tahan tiga bulan tidak jamuran, tidak bau,” jelas Ida.

Sepuluh kilogram daging ikan bisa menjadi empat kilogram abon. Abonnya sangat lembut, bisa dibuat dalam rasa manis dan nikmat.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler