Kesaksian Relawan Saat Terdengar Suara Gemuruh di Gunung Semeru
Gunung Semeru kembali erupsi berkali-kali sepanjang Kamis (16/12).
REPUBLIKA.CO.ID, LUMAJANG -- Gunung Semeru kembali erupsi berkali-kali sepanjang Kamis (16/12). Situasi ini membuat para relawan dan masyarakat di sekitar panik untuk menyelamatkan diri.
Salah satu Relawan di Kabupaten Lumajang, Prasetyo Hadi, mengatakan, erupsi terjadi sekitar pukul 09.00 WIB. Saat itu, dia sedang sibuk membantu evakuasi barang-barang dari korban erupsi. Kemudian tiba-tiba dia mendengar suara gemuruh dari kawah Gunung Semeru.
"Terus keluar awan panas guguran," kata Prasetyo saat dihubungi wartawan, Kamis (16/12).
Melihat kejadian tersebut, para relawan pun langsung menghentikan kegiatannya. Mereka juga meminta warga di Dusun Sumbersari, Curah Kobokan, Umbulan, dan Kajar Kuning mengevakuasi diri masing-masing. Prasetyo meyakini semua masyarakat sudah terevakuasi dengan baik setelah kejadian tersebut.
Sementara itu, Kepala Desa Supiturang, Nurul Yakin, memastikan, awan panas guguran Gunung Semeru tidak sampai ke desa. Pasalnya, jarak luncuran awan panas guguran hanya sekitar 4,5 kilometer (km). "Jadi (awan panas) berhenti di baratnya Antrokan," jelasnya.
Menurut Nurul, tidak ada korban jiwa dari peristiwa yang terjadi mendadak tersebut. Meskipun demikian, warganya tetap harus waspada di manapun berada. Hingga Kamis siang, kata Nurul, warga lebih memilih berdiam di pengungsian dibandingkan kembali ke rumah masing-masing.
Berdasarkan laporan pada magma.vsi.esdm.go.id dari pukul 06.00 hingga 12.00 WIB, Gunung Semeru mengalami satu kali gempa letusan/erupsi dengan amplitudo 25 mm. Laporan yang ditulis Mukdas Sofian ini menyebutkan, lamanya gempa tersebut berlangsung hingga 70 detik.
Di samping itu, Mukdas juga melaporkan, adanya dua kali gempa Awan Panas Guguran (APG) dengan amplitudo 17 sampai 25 mm. Sementara itu, lama gempa ini berlangsung sekitar 395 hingga 912 detik.
Selanjutnya, tercatat pula terdapat satu kali gempa guguran dengan amplitudo 5 mm dan lama gempa 55 detik. Kemudian terjadi empat kali gempa tektonik lokal dengan amplitudo 6 sampai 20 mm, S-P 8 sampai 9 detik. Gempa tektonik berlangsung sekitar 20 sampai 60 detik.
Mukdas juga mengungkapkan, terjadi satu kali gempa terasa, skala II MMI dengan amplitudo 23 mm. S-P tidak teramati sedangkan lama gempanya berlangsung 345 detik. Terakhir, Gunung Semeru mengalami dua kali gempa tektonik jauh dengan amplitudo 2 sampai 20 mm. Lalu S-P sekitar 23 detik dan lama gempanya 65 sampai 100 detik.
Meskipun terjadi beberapa kali gempa dan erupsi, status Gunung Semeru hingga kini masih level II atau waspada. Mukdas meminta masyarakat/pengunjung/wisatawan diminta untuk tidak beraktivitas dalam radius satu kilometer (km) dari kawah/puncak Semeru. Kemudian juga menghindari aktivitas dengan jarak lima km arah bukaan kawah di sektor tenggara - selatan.
Mukdas meminta masyarakat mewaspadai awan panas guguran, guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai/lembah yang berhulu di puncak Gunung Semeru. Radius dan jarak rekomendasi ini akan dievaluasi terus untuk antisipasi jika terjadi gejala perubahan ancaman bahaya
Selanjutnya, dia berharap masyarakat menjauhi atau tidak beraktivitas di area terdampak material awan panas. Pasalnya, saat ini suhu dan material di tempat tersebut masih tinggi. Kemudian juga harus mewaspadai potensi luncuran di sepanjang lembah jalur awan panas Besuk Kobokan.
"Terakhir juga mewaspadai ancaman lahar di alur sungai/lembah yang berhulu di Gunung Semeru, mengingat banyaknya material vulkanik yang sudah terbentuk," kata dia menambahkan.