Wanita Afghanistan Meninggal Membeku di Perbatasan Turki-Iran

Wanita Afghanistan kedinginan hingga meninggal di perbatasan Turki-Iran

AP/Andrew Harnik
Sebuah tanda bertuliskan Jangan Menyeberangi Pagar di sebuah kamp pengungsi Afghanistan di Pangkalan Bersama McGuire Dix Lakehurst, NJ, Senin, 27 September 2021. Kamp tersebut saat ini menampung sekitar 9.400 pengungsi Afghanistan dan memiliki kapasitas untuk menampung hingga 13.000 orang. Wanita Afghanistan kedinginan hingga meninggal di perbatasan Turki-Iran. Ilustrasi.
Rep: Rizky Jaramaya Red: Christiyaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Seorang wanita Afghanistan meninggal membeku di perbatasan Turki-Iran. Menurut laporan media lokal Turki, seorang ibu asal Afghanistan meninggal karena flu parah di sebuah desa Iran dekat perbatasan Turki.

Perempuan itu meninggal ketika mencoba memasuki Turki secara ilegal bersama dengan dua anaknya pada 1 Januari. Foto ibu dua anak yang meninggal dan membeku di tengah musim dingin tersebut diunggah di beberapa media sosial.

"Beberapa akun media sosial membagikan foto ibu dua anak yang mati beku ketika dia mencoba melintasi perbatasan Turki-Iran. Anak-anaknya melarikan diri dengan berlindung di desa," ujar pernyataan resmi dari perbatasan Iran dilansir Middle East Monitor, Selasa (4/1).

Foto yang beredar menunjukkan kaki perempuan Afghanista itu dibungkus dengan kantong plastik. Kemudian tangan anak-anaknya yang masih hidup ditutup dengan kaus kaki ibu mereka.

Sepanjang 2021, Turki mencegah lebih dari 120 ribu migran gelap melintasi perbatasan antara Iran dan Turki. Sebagian besar migran Afghanistan yang melarikan diri bertujuan untuk mencapai Eropa dengan menggunakan Turki sebagai negara transit.

Sebelumnya, PBB memperkirakan 60 persen dari 38 juta orang Afghanistan menghadapi krisis kelaparan dan keadaan darurat pangan yang kemungkinan akan memburuk selama musim dingin. Utusan Khusus PBB, Deborah Lyons, mengatakan kepada Dewan Keamanan PBB bahwa bencana kemanusiaan dapat dicegah dengan mencabut sanksi keuangan terhadap Afghanistan. Sanksi telah melumpuhkan sistem perbankan dan memengaruhi setiap aspek ekonomi.  

“Kita harus fokus selama tiga atau empat bulan ke depan untuk membantu warga Afghanistan yang paling rentan selama musim dingin. Masyarakat internasional perlu segera menemukan cara untuk memberikan dukungan keuangan kepada petugas kesehatan di rumah sakit pemerintah, staf dalam program ketahanan pangan," kata Lyons.

Lyon menuturkan krisis ekonomi dan lumpuhnya sistem perbankan di Afghanistan dapat mendorong sistem keuangan ilegal yang tidak akuntabel. Hal ini dapat membantu memfasilitasi terorisme serta perdagangan dan penyelundupan narkoba.

Sejak Taliban kembali berkuasa, Amerika Serikat (AS) membekukan cadangan bank sentral Afghanistan senilai 9 miliar dolar AS. Selain itu, Dana Moneter Internasional (IMF) menangguhkan akses pendanaan terhadap Afghanistan.

Baca Juga


BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler