Ibu-Ibu Kota Bogor Tunggu Kehadiran Minyak Goreng Murah
Seorang ibu hampir sebulan ini tak membeli minyak karena berhemat pakai minyak goreng
REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Melambungnya harga minyak goreng sejak akhir tahun lalu, menimbulkan sejumlah kebimbangan di antara ibu-ibu Kota Bogor. Sehingga para ibu-ibu dari kalangan ibu rumah tangga, maupun pedagang menanti kehadiran minyak goreng murah yang dijanjikan pemerintah.
Salah seorang pedagang gorengan di kawasan GOR Pajajaran Kota Bogor, Kokom (40 tahun), mengaku belum mengetahui di mana adanya minyak goreng murah seharga Rp 14 ribu itu. “Enggak tahu deh, itu dapatnya di mana ya? Sering baca di berita kemarin-kemarin, tapi belum tahu lokasi yang jualnya di mana,” ujar Kokom, ketika ditemui Republika.co.id di lokasi berdagangnya, Rabu (12/1/2022).
Kokom mengatakan, selama hampir sebulan ini ia membeli minyak goreng dengan harga kisaran Rp 17 ribu hingga Rp 18 ribu per liter. Tergantung merek dari minyak goreng yang dibelinya. Sebelum harga minyak goreng melambung, ia biasa membelinya seharga Rp 15 ribu per liter.
Dalam sehari, Kokom bisa menghabiskan minyak goreng sebanyak dua hingga tiga liter. Hal itu pun membuatnya bimbang untuk menaikkan harga gorengan tempe, tahu, bakwan, risol, dan pisang yang biasa dijualnya.
“Saya mau naikkin harga enggak enak. Jadi enggak apa-apa, bismillah, saya akalin dengan cara lain. Mudah-mudahan saya bisa cepat dapat minyak (goreng) murah itu, atau harga minyaknya cepat turun deh,” tutur ibu beranak empat ini.
Sementara itu, seorang ibu rumah tangga di kawasan Tegal Gundil, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor, Ulpa (50), sempat beberapa kali melihat brosur harga sembako murah di Kota Bogor. Hanya saja, harga sembako murah termasuk minyak goreng itu merupakan program kerja sama Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Bogor.
Sama dengan Kokom, Ulpa pun penasaran di mana pasar atau tempat yang menjual minyak goreng murah. Selama ini, ia mendapatkan minyak goreng seharga Rp 21 ribu per liter yang biasa dibelinya di minimarket terdekat.
“Malah di warung-warung kelontong lebih mahal. Serbasalah jadinya. Maksud hati mau menolong pedagang kecil, tapi ya gimana harganya lebih mahal,” kata Ulpa.
Untuk menyiasatinya, selama harga minyak goreng mahal Ulpa pun mengurangi penggunaan minyak goreng di rumahnya ketika memasak. Kendati demikian, ia berharap harga minyak goreng bisa kembali normal. “Sudah lama enggak beli minyak goreng malah. Terakhir Rp 21 ribu per liter dapatnya. Sekarang malah sudah mau habis, mau enggak mau harus beli lagi,” ucapnya.