COVAX Distribusikan Satu Miliar Vaksin Covid-19

Program COVAX telah melakukan pengiriman ke 144 negara sejauh ini.

AP/Anupam Nath
Seorang petugas kesehatan memperlihatkan vaksin Covaxin COVID-19 saat dia bersiap untuk memberikan vaksin yang sama di sebuah sekolah negeri di Gauhati, India, Senin, 3 Januari 2022. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan pada Ahad (16/1/2022) bahwa program COVAX telah mengirimkan 1 miliar dosis vaksin virus corona.
Rep: Dwina agustin Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan pada Ahad (16/1/2022) bahwa program COVAX telah mengirimkan 1 miliar dosis vaksin virus corona. Program ini didukung oleh berbagai lembaga termasuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk mengirimkan vaksin ke banyak negara miskin.

Baca Juga


Pengiriman 1,1 juta dosis vaksin Covid-19 ke Rwanda pada Sabtu (15/1/2022), termasuk dosis ke semiliar yang dipasok melalui program COVAX. Program ini telah melakukan pengiriman ke 144 negara sejauh ini.

"Namun, pekerjaan yang telah mencapai tonggak sejarah ini hanyalah pengingat dari pekerjaan yang tersisa," kata WHO dalam sebuah pernyataan.

WHO telah lama mengkritik distribusi vaksin yang tidak merata dan menyerukan produsen dan negara lain untuk memprioritaskan COVAX. Sebanyak 36 dari 194 negara anggotanya telah memvaksinasi kurang dari 10 persen dari populasi mereka dan 88 telah memvaksinasi kurang dari 40 persen.

"Ambisi COVAX dikompromikan dengan penimbunan/pengumpulan di negara-negara kaya, wabah bencana yang menyebabkan perbatasan dan pasokan terkunci. Dan kurangnya pembagian lisensi, teknologi, dan pengetahuan oleh perusahaan farmasi berarti kapasitas produksi tidak digunakan," ujar WHO.

Pada akhir Desember tahun lalu, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mendesak semua orang untuk membuat resolusi tahun baru untuk mendukung kampanye untuk memvaksinasi 70 persen populasi negara pada awal Juli. Dalam sebuah wawancara surat kabar yang diterbitkan pada Ahad, Menteri Pembangunan Internasional baru Jerman Svenja Schulze mengatakan, ingin menggunakan kepresidenan negaranya tahun ini dari negara-negara industri Kelompok Tujuh (G7)untuk memastikan bahwa COVAX mendapatkan sumber daya yang dibutuhkan pada  2022.

"Sayangnya, masih terlalu sedikit negara yang berpartisipasi dalam pendanaan kampanye vaksinasi global. Bersama Swedia, Norwegia, Kanada, dan AS, kami adalah yang paling banyak memberi. Negara-negara industri lainnya memiliki landasan yang signifikan untuk mengejar ketinggalan," kata Schulze kepada grup surat kabar Funk.

Jerman mengatakan telah menyumbangkan 103 juta dosis vaksin Covid-19 ke negara-negara miskin tahun lalu dan berencana untuk menyumbangkan 75 juta lagi pada 2022. Schulze mengisyaratkan keinginan memperluas bantuan bagi negara-negara berkembang untuk memproduksi vaksin sendiri, dengan kemitraan antara perusahaan untuk memproduksi vaksin di bawah lisensi sebagai tujuan yang sesuai.

Pemerintah Jerman sebelumnya menentang mengabaikan paten pada Covid-19. "Saya ragu negara berkembang akan mendapatkan vaksin lebih mudah jika kita melepaskan paten," katanya menjawab persoalan itu hanya sebagian kecil dari proses produksi secara keseluruhan.

COVAX Facility atau Fasilitas COVAX adalah program distribusi vaksin COVID-19 yang diinisiasi WHO. Dengan inisiatif ini diharapkan sejumlah negara pendukung bisa mendapatkan akses vaksin secara aman, efektif, dan merata.

Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi menyampaikan bahwa sejak COVID-19 ditetapkan sebagai pandemi, Indonesia telah aktif menjalin kerja sama internasional dan multilateral termasuk melalui WHO Access to COVID-19 Tools (ACT) Accelerator COVAX Facility. Indonesia juga telah menerima sejumlah vaksin melalui inisiatif ini.

Baca juga : Tempat yang Harus Dihindari di Tengah Penyebaran Omicron

sumber : AP
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler