UEA Cegat Dua Rudal Balistik Houthi

Beberapa penerbangan tertunda di Bandara Abu Dhabi karena insiden rudal Houthi.

Planet Labs PBC via AP
Foto satelit menunjukkan kerusakan serangan yang diklaim oleh pemberontak Houthi di depot bahan bakar Abu Dhabi National Oil Co di Mussagah, Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, Sabtu (22/1/2022).
Rep: Fergi Nadira Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, ABU DHABI -- Uni Emirat Arab (UEA) mencegat dua rudal balistik yang menargetkan ibukotanya Abu Dhabi pada Senin (24/1) waktu setempat. Sekitar pukul 04.15 para saksi mata mendengar suara ledakan dan melihat benda melayang seperti bola api di langit kota.

Baca Juga


Dalam sebuah pernyataan, Kementerian Pertahanan UEA mengatakan, pertahanan udaranya telah mencegat dan menghancurkan dua rudal balistik yang ditembakkan oleh kelompok teroris Houthi. "Serangan itu tidak menimbulkan korban, karena sisa-sisa rudal balistik yang dicegat dan dihancurkan jatuh di daerah terpisah di sekitar Emirat Abu Dhabi," kata kementerian pertahanan UEA dikutip laman CNN, Senin.

Kementerian juga mengatakan pihaknya siap menghadapi ancaman apa pun, dan mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk melindungi negara dari semua serangan. Beberapa penerbangan tertunda tiba di bandara Abu Dhabi oleh karena adanya insiden ini. Situs web pelacakan penerbangan Flightradar24 menunjukkan pesawat tujuan Abu Dhabi terbang berputar-putar di dekat bandara.

Insiden ini terjadi sepekan setelah pemberontak Houthi yang didukung Iran mengeklaim bertanggung jawab atas serangan pesawat tak berawak di dekat bandara Abu Dhabi pada 17 Januari. Serangan Houthi saat itu menewaskan sedikitnya tiga orang dan memicu beberapa ledakan di ibu kota UEA. Serangan itu termasuk serangan mematikan pertama di UEA dalam beberapa tahun.

Pekan lalu juru bicara pemberontak Houthi Yaman mengingatkan UEA adalah negara yang tidak aman selama eskalasi agresifnya terhadap Yaman berlanjut. Menanggapi serangan pekan lalu di UEA, koalisi pimpinan Saudi yang bertempur di Yaman melancarkan serangan udara di ibu kota Yaman, Sanaa yang menewaskan sedikitnya 12 orang dalam pengeboman paling mematikan di kota itu sejak 2019.

Menurut Menteri Kesehatan Houthi Taha Al-Mitwakel pada 21 Januari, setidaknya 82 orang tewas dan 266 terluka ketika serangan udara menghantam pusat penahanan di Yaman. Serangan udara lain hari itu menghantam gedung telekomunikasi di kota pelabuhan strategis Hodeidah, menyebabkan pemadaman internet nasional.

 

Houthi menyalahkan koalisi pimpinan Saudi atas serangan tersebut. Koalisi yang dipimpin Saudi membantah sengaja menargetkan pusat penahanan. Juru bicaranya Brig Jenderal Turki Al-Maliki menyebut klaim itu tidak berdasar. Koalisi itu mengatakan telah menghantam Hodeidah, menjatuhkan salah satu sarang pembajakan laut dan kejahatan terorganisir Houthi. Koalisi juga mengatakan mereka menyerang "target militer" di Sanaa.

UEA adalah mitra koalisi utama yang telah berjuang dalam kampanye militer enam tahun yang dipimpin Saudi untuk menghancurkan pemberontak Houthi yang didukung Iran. Houthi menguasai sebagian besar Yaman.

Serangan dimulai pada 2015 untuk memulihkan pemerintah Yaman yang diakui secara internasional, setelah digulingkan oleh Houthi. Koalisi telah mengintensifkan serangannya di negara yang dilanda perang setelah serangan rudal dan drone Houthi di Abu Dhabi pekan lalu.

 

Pada 2019, UEA menarik sebagian besar pasukannya dari Yaman, setelah secara pribadi menganggap perang tidak dapat dimenangkan. Kampanye tersebut gagal untuk menghancurkan pemberontak tetapi menimbulkan korban kemanusiaan yang besar, dengan ribuan orang Yaman tewas dan kekurangan gizi dan penyakit meluas. Baru-baru ini, UEA telah kembali ke konflik, mendukung kelompok-kelompok Yaman di titik-titik nyala seperti provinsi Shabwa dan Marib yang kaya minyak.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler