Masjid Jamik Mandiangin Bukittinggi Direnovasi Setelah Berusia Dua Abad
Masjid Jamik Mandiangin berusia dua abad lebih.
REPUBLIKA.CO.ID,BUKITTINGGI-- Masjid Jamik Mandiangin di Kota Bukittinggi termasuk salah satu masjid tua. Masjid yang terletak di Jalan H. Miskin, Campago Ipuh, Kecamatan Mandiangin Koto Selayan itu sudah berusia lebih kurang dua abad. Masjid tersebut didirikan pada tahun 1820 dan selesai pada tahun 1865.
Ketua Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM) Bukittinggi, Syahrizal Dt Palang Gagah, yang bertindak selaku Ketua Pelaksana Renovasi Masjid Jamik Mandiangin, mengatakan renovasi sudah dimulai sejak 13 Desember 2021 lalu.
"Renovasi akan berjalan selama lima tahun ke depan yang diperkirakan menelan biaya sekitar Rp 23,5 miliar. Sekarang pengerjaannya sedang berlangsung dan kita targetkan rampung 2027 mendatang," kata Syahrizal, Selasa (15/3/2022).
Sumber dana untuk renovasi ini menurut Syahrizal berasal dari donasi perantau, sumbangan masyarakat sekitar dan dari berbagai hamba Allah lainnya.
Syahrizal menyebut renovasi salah satu masjid tua ini karena berbagai alasan dan sudah disetujui oleh semua pihak. Salah satu alasan adalah masjid tersebut sudah terlalu tua sehingga tidak nyaman lagi sebagai tempat beribadah. Selain itu, letak masjid juga sudah berada di bawah permukaan jalan dan tanah di sekitarnya.
Alasan lain menurut Syahrizal adalah letak masjid yang tidak sesuai lagi dengan arah kiblat yang mengalami pergeseran ke arah kanan. Kemudian, masjid ini juga sudah tak mampu lagi menampung jamaah yang kian bertambah. Terlebih saat hati-hari besar seperti untuk menjalankan ibadah jamaah tarawih.
Meski renovasi total, lanjut Syahrizal, Masjid Jamik Mandiangin ini tetap tidak akan menghilangkan ciri khas masjid tersebut sejak awal. Bedanya bangunan dibuat lebih kekinian.
Dulu masjid Jamik Mandiangin ini hanya terdiri dari satu lantai. Setelah renovasi, masjid ini akan terdiri dari dua lantai.
Satu lantai digunakan untuk ibadah, dan satu lantai lagi untuk tempat pendidikan Alquran dan MDA. Sementara lantai dasar dijadikan basement yang juga bisa dimanfaatkan untuk lahan parkir.
"Luasannya pun juga akan dirombak yang semula 18x9 meter sekarang dibangun dengan luas 28x28 meter. Untuk atapnya sendiri akan tetap dibuat berundak-undak tumpang tiga, ciri khasnya atap masjid tua di Nusantara," ujar Syahrizal.
Ia menambahkan masjid ini akan ditopang 25 tiang. Jumlah ini melambangkan jumlah 25 nabi yang harus diimani umat Islam.
Salah satu masjid tertua di Bukittinggi
Masjid Jamik Mandiangin adalah satu dari delapan masjid tertua yang hingga kini masih bertahan di Kota Bukittinggi.
Berdasarkan catatan sejarah, Syahrizal menyebut masjid ini mulai dibangun pada tahun 1820 dan selesai pada tahun 1865.
Masjid ini dibangun di atas lahan seluas 3.584 meter persegi. Tanah pembangunan masjid ini diwakafkan oleh Datuak Nan Rambai, Datuak Rajo Sakampuang, Syech Ibrahim dan Tuangku Bancah. Masjid ini didirikan di depan komplek makam Tuanku Kurai.
Semula, masjid ini merupakan sebuah surau yang bernama Surau Gadang Mandiangin. Berdasarkan catatan dari Arsip Pemerintah Kota Bukittinggi, surau tersebut berganti menjadi masjid antara tahun 1855 hingga 1865.
Saat berganti masjid, bangunan yang dibuat adalah dari kayu dan beratap ijuk. Kurang lebih setelah dua abad usianya, menurut Syahrizal, masjid ini sudah mengalami beberapa kali renovasi.
"Dari catatan saya, pada 1930 atap masjid yang dari ijuk diganti dengan seng, 2006 dinding dan lantai diganti dengan beton," kata Syahrizal menambahkan.