Menko Airlangga Jelaskan 3 Aspek Penting dalam Ketahanan Pangan

Indonesia penting memperkuat ketahanan pangan hadapi krisis

IST
Ilustrasi pertanian sebagai bagian ketahanan pangan. Indonesia penting memperkuat ketahanan pangan hadapi krisis
Rep: Ratna Ajeng Tejomukti Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Menko Perekonomian, Airlangga Hartato, mengatakan ekonomi Indonesia telah mampu keluar dari tekanan akibat pandemi. Momentum pemulihan ini pun selalu diikuti oleh kebijakan reformasi sebagaimana dilakukan pada krisis-krisis sebelumnya. 

Baca Juga


Airlangga yang berbicara dalam Webinar dengan tema “Antisipasi Ketersediaan Pangan saat Ramadhan dan Idul Fitri,” yang digelar Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia Jumat (18/3/2022).

Dia mengatakan pada 2022, ekonomi dan perdagangan dunia masih diproyeksikan tumbuh positif di tengah risiko dan tantangan seperti munculnya varian covid-19, krisis energi, disrupsi rantai pasok, kenaikan inflasi, normalisasi kebijakan moneter, ketidakpastian geopolitik, dan perubahan iklim, switching policy Tiongkok, pengetatan moneter di Amerika Serikat, dan kondisi kesinambungan fiskal di sejumlah negara Ems.      

Pertumbuhan ekonomi Indonesia, menurut Airlangga. hampir selalu di atas perkonomian global mendorong konvergensi ekonomi Indonesia ke level yang lebih tinggi menuju lima besar dunia sesuai visi Indonesia Maju 2045. 

“Namun perekonomian nasional masih rentan terhadap tekanan eksternal,” kata dia sembari menyatakan sehingga diperlukan struktur perekonomian yang lebih kokoh dan berdaya saing tinggi.

Dia mengatakan fase pemulihan ekonomi nasional masa pandemi Covid-19 berjalan di jalurnya hingga 2021, membentuk landasan yang solid bagi  agenda reformasi struktural ke depan. 

Airlangga menyebutkan salah satu hal yang paling penting terkait pertumbuhan ekonomi adalah sektor pertanian. Karena selama enam dekade terakhir, pertumbuhan sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan selalu berada dibawah pertumbuhan ekonomi nasional dengan kontribusi yang terus bergeser dari 53,9 persen (1960), 24,8 persen (1980), 17,2 persen (2000), dan 13,7 persen ( 2020).  

“Namun pada masa resesi seperti 1998 (krisis finansial) dan 2020 (krisis Covid-19), peran sektor pertanian selalu mampu bertahan sebagai buffer perekonomian,” ujar dia.  

Dia menjelaskan, PDB sektor pertanian tetap tumbuh positif selama Pandemi Covid-19. Ini terlihat pada pertumbuhan ekonomi  sektor pertanian pada 2021 dibandingkan dengan 2020 tumbuh 1,84 persen. 

Terkait bahan makanan, pada Februari 2022, bahan makanan mengalami deflasi sebesar 1,34 persen. Dan komoditas bahan makanan yang memberikan andil inflasi pada Februari 2022 adalah bawang merah 0,03 persen dan cabai merah 0,02 persen. 

Dalam hal ketahanan pangan perlu diperhatikan tiga aspek di antaranya, pertama, ketersediaan pangan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah memastikan petani tetap berproduksi dengan menjamin ketersediaan saprodi, akses pasar, permodalan dan asuransi pertanian.

Selain itu pula memastikan kelancaran distribusi dengan mengoptimalkan infrastruktur dan layanan logistik dari sentra produksi hingga ke konsumen, menjamin ketersediaan, stabilitas harga, dan serapan bahan pangan pokok dengan memastikan kecukupan stok pangan (supply-demand) di seluruh wilayah.  

Kedua, keterjangkauan pangan, beberapa hal yang diperhatikan diantaranya, memastikan masyarakat mampu mengakses pasar untuk memperoleh bahan pangan, memperkuat inisiatif pelaku pasar untuk memasarkan produk secara daring dan menggunakan layanan hantaran, serta menjaga daya beli masyarakat melalui stimulus jaring pengaman sosial dan insentif perpajakan dan KUR. 

Ketiga, keamanan dan kualitas pangan. Hal yang perlu diperhatikan,  penerapan protokol keamanan pangan dan keamanan biologis di sepanjang rantai pasok pangan, optimalisasi pemanfaatan pangan lokal, menjaga pemenuhan gizi masyarakat rentan melalui bantuan sosial sembako.   

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler