IHSG Menguat Tipis, Aksi Beli Asing Capai Rp 1,28 Triliun, BBRI Paling Diminati

Aksi beli investor asing terhadap saham BBRI capai Rp 337,6 miliar

Prayogi/Republika
Petugas kebersihan beraktivitas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di zona hijau pada perdagangan Jumat (1/4). Setelah sempat melemah pada penutupan sesi pertama, IHSG akhirnya membalik keadaan dengan menguat tipis 0,1 persen ke posisi 7.078,76 pada penutupan sesi kedua.
Rep: Retno Wulandhari Red: Ichsan Emrald Alamsyah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di zona hijau pada perdagangan Jumat (1/4). Setelah sempat melemah pada penutupan sesi pertama, IHSG akhirnya membalik keadaan dengan menguat tipis 0,1 persen ke posisi 7.078,76 pada penutupan sesi kedua.


Di tengah pergerakan yang cenderung melemah, investor asing membukukan aksi beli hingga Rp 1,28 triliun. Saham BBRI paling banyak diminati dengan pembelian Rp 337,6 miliar, TLKM diborong hingga Rp 147,1 miliar, BBNI dibeli mencapai Rp 120 miliar dan ASII sebesar Rp 110,8 miliar.  

Pilarmas Investindo Sekuritas mengatakan Bursa regional Asia cenderung bergerak campuran karena terpengaruh sentimen melemahnya bursa global. "Pasar saham terimbas lambannya upaya damai konflik Rusia-Ukraina," kata Pilarmas Investindo Sekuritas dalam risetnya, Jumat (1/4).

Selanjutnya PMI Manufaktur Caixin China secara tak terduga turun menjadi 48,1 pada Maret 2022 dari 50,4 pada bulan sebelumnya, terendah dalam 25 bulan, bahkan berada di bawah konsensus pasar 50. Angka tersebut juga menandai kontraksi kedua kalinya di sektor ini dalam tiga bulan.

Dari dalam negeri, indeks IHSG bergerak fluktuatif terpengaruh dari sentimen ekternal dan internal. Dari internal katalis positif datang dari rilis Indeks Manufaktur Indonesia yang naik tipis menjadi 51,3 pada Maret 2022 dari 51,2 pada bulan sebelumnya.

Kenaikan ini ditopang surutnya gelombang Covid-19 dan harapan untuk pemulihan ekonomi yang kuat. Selain itu, aktivitas pembelian jauh membaik didukung momen puasa Ramadhan dan perayaan Idul Fitri. Hal ini memberikan indikasi Sektor manufaktur mengalami ekspansi.

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan data inflasi Indonesia periode Maret 2022 meningkat 0,66 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Sedangkan secara tahunan laju inflasi mencapai 2,64 persen. Kenaikan ini sejalan dengan peningkatan mobilitas masyarakat sehinga mendorong daya konsumsi masyarakat.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler