Keputusan AHY Tunjuk Emil Pimpin Demokrat Jatim Dipertanyakan
Keputusan AHY memilih Emil Dardak dinilai tidak demokratis.
REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Sejumlah DPC Partai Demokrat di Jawa Timur mempertanyakan keputusan Ketua DPP Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang menunjuk Emil Elestianto Dardak menjadi ketua DPD Demokrat Jatim. Ketua DPC Demokrat Kota Madiun, Istono, bahkan menyayangkan keputusan AHY yang dianggapnya tidak demokratis.
Istiono menganggap AHY tidak demokratis lantaran pada Musda Demokrat Jatim yang digelar beberapa waktu laly, Emil Dardak hanya meraih 13 dukungan DPC. Berbanding jauh dengan pesaingnya, Bayu Airlangga yang meraih 25 dukungan DPC.
"Saya kira tidak perlu Musda kalau ujungnya ditentukan elite partai. Demokrat yang selama ini menyuarakan pentingnya kepemimpinan yang demokratis di era reformasi ini, akhirnya tenggelam dengan keputusannya sendiri dalam menentukan ketua di Jatim," kata Istono, Ahad (3/4/2022).
Istono juga meminta AHY menjelaskan kepada 25 DPC pendukung Bayu Airlangga, apa kekurangan menantu mantan Gubernur Jatim, Soekarwo, tersebut, sehingga tidak dipercaya menduduki kursi kepemimpinan Demokrat Jatim. Apalagi, Bayu lebih lama dan loyal kepada Demokrat Jatim.
"Ketum AHY harus menjelaskan kepada kami 25 DPC pendukung Bayu, di mana titik kekurangan Bayu dalam membangun jaringan membesarkan Demokrat Jatim? Benarkah loyalitas Bayu terhadap Ketum dan Demokrat ini diragukan," ujarnya.
Istono bahkan mencurigai ada begal-begal politik yang mewarnai keputusan AHY dalam Musda Demokrat Jatim. "Kami sangat sakit begitu keputusan-keputusan besar yang diambil oleh elite partai tidak mencerminkan nilai-nilai demokratis," kata dia.
Ketua DPC Demokrat Kabupaten Malang, Ghufron Marzuki juga menyayangkan keputusan DPP Demokrat tersebut. Menurutnya, lebih baik tidak ada Musda apabila hasilnya tidak demokratis.
"Jadi kami selaku pemegang suara Musda menyayangkan terhadap keputusan yang kita anggap tidak demokratis. Jadi kalau kemarin Ketua BPOKK Herman Khaeron menyatakan memilih Emil karena lebih loyal, itu menyakitkan," kata Ghufron.
Ghufron mengatakan, loyalitas bisa dibuktikan dengan tingginya dukungan. Bayu Airlangga, kata dia, memperoleh dukungan dari 25 DPC, yang artinya dia sangat loyal terhadap partai. Apa yang terjadi di Musda Demokrat Jatim, lanjut Ghufron, menjadi contoh politik yang tidak baik.
"Jangan masyarakat ini, atau kita ini diajari hal yang tidak jelas. Ya sebaiknya gak usah Musda kalau memang dari awal pingin orang itu ya sosialisasi sejak awal. Ndak usah Musda-Musda lagi percuma," kata dia.
Menurut Ghufron, selama ini AHY mengajari para kader untuk berdemokrasi yang baik. Tapi nyatanya berkebalikan dengan apa yang dia contohkan dalam menyikapi hasil Musda Demokrat Jatim. "Pak AHY yang selama ini mengajari kita demokrasi baik, tapi nyatanya di internal sendiri tidak bisa demokratis bagus," ujarnya.
Ghufron meminta, Ketum AHY dan jajaran petinggi DPP menjelaskan apa letak kekalahan Bayu Airlangga dalam Musda Demokrat Jatim. Karena, kata dia, pernyataan yang keluar sejauh ini tidak jelas, dan menyudutkan Bayu Airlangga seolah-olah tidak loyal.
"Apa ukurannya? Jangan hanya omong, karena ini dilihat masyarakat," kata dia.
Diketahui, pada Musda VI DPD Partai Demokrat Jatim yang digelar di Surabaya pada 20 Januari 2022 lalu, Emil Elestianto Dardak hanya meraih 13 dukungan DPC ditambah satu dukungan DPD. Sedangkan Bayu Airlangga meraih suara dukungan lebih banyak, yakni 25 DPC. Suara DPP sendiri abstain.
Emil sebelumnya sudah menjabat sebagai Plt Ketua Demokrat Jatim sejak September 2020, menggantikan Renville Antonio yang ditunjuk DPP Demokrat sebagai Bendahara Umum. Sedangkan Bayu Airlangga merupakan Plt Sekretaris Demokrat Jatim sejak September 2020. Bayu merupakan menantu Pakde Karwo, dan saat ini menjabat sebagai Anggota DPRD Jatim.