Tempe Bersaing dengan Reog dan Jamu untuk Jadi Warisan Budaya tak Benda UNESCO

Tempe merupakan makanan bergizi yang telah lama menjadi favorit masyarakat.

Republika/Musiron
Tempe (ilustrasi). Tempe diajukan sebagai warisan budaya tak benda United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO).
Rep: Umi Nur Fadhilah Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Ketua DPP Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI) bidang Ilmiah, Riset dan Inovasi, Marudut menyebut tempe layak dijadikan warisan budaya tak benda United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO). Terlebih, tempe sudah menjadi bagian dari sejarah panjang masyarakat.

Mengutip sejumlah literasi sejarah, Marudut menjelaskan, tempe dapat ditemukan dalam serat Sri Tanjung dari abad XII-XIII. Serat tersebut  menuliskan kacang kedelai atau kedele sebagai bahan dasar utama pembuatan tempe.

Baca Juga



Lalu, ada serat Centhini yang ditulis oleh R. Ng. Ronggo Sutrasno pada masa pemerintahan Sultan Pakubuwono di tahun 1814 yang menjelaskan hidangan brambang, jae, santen, tempe (makanan yang terbuat dari tempe, bawang merah, jahe, dan santan). Serat Centhini juga memuat cerita tentang asem sambel lethokan (makanan yang terbuat dari bahan dasar tempe dengan fermentasi tingkat lanjut).

Sambel lethokan disajikan oleh Pangeran Bayat yang menjamu Cebolang saat mampir ke dusun Tembayat di wilayah Klaten. Selain catatan sejarah, Marudut menjelaskan, tempe merupakan makanan yang memiliki kandungan zat gizi unggul untuk kesehatan manusia.

Tempe mengandung protein bermutu tinggi, serat pangan, probiotik, isoflavon. Sejumlah data telah menunjukkan bahwa Indonesia telah menjadi negara produsen tempe terbesar di dunia dan menjadi pasar kedelai terbesar di Asia.

Sebanyak 50 persen kedelai di Indonesia digunakan untuk memproduksi tempe, 40 persen untuk produksi tahu, dan 10 persen sisanya digunakan untuk produksi produk kedelai lain, seperti tauco, kecap, dan sebagainya.

"Tempe tidak hanya dikonsumsi sebagai lauk pendamping nasi, namun telah diolah dan diproses menjadi aneka sajian," kata Marudut dalam webinar beberapa waktu lalu, dikutip Senin (5/4/2022).

Di dalam tempe, menurut Marudut, ada senyawa isoflavon, mengandung probiotik karena fermentasi, dan tinggi protein. Protein pada tempe mudah dicerna dan dapat membantu penurunan obesitas ketika dikonsumsi dominan dalam diet tinggi protein.

Tempe dapat disebut sebagai sinbiotik (makanan yang mengandung probiotik dan prebiotik) yang baik untuk kesehatan pencernaan, karena membantu menjaga keseimbangan mikrobiota usus sehingga berdampak ke kesehatan sistem kekebalan tubuh, saraf, dan mengurangi peradangan. Prebiotik tempe juga berperan dalam pembentukan asam lemak rantai pendek pada usus besar.

Ketua Kolegium Ilmu Gizi Indonesia (KIGI) Minarto menjelaskan, tempe termasuk dalam diet berkelanjutan, yaitu diet dengan dampak lingkungan rendah yang berkontribusi terhadap ketahanan pangan dan gizi, serta kehidupan sehat untuk generasi sekarang dan masa depan. Diet berkelanjutan yang bersifat protektif ini sangat menghormati keanekaragaman hayati dan ekosistem.

"Artinya, tempe ini dapat diterima secara budaya, dapat diakses, adil secara ekonomi, dan terjangkau serta memiliki zat gizi yang memadai, aman dan sehat," ujar Minarno.

Penggagas Indonesian Tempe Movement (ITM), Winarno menjelaskan, upaya menobatkan tempe sebagai warisan budaya tak benda UNESCO belum selesai. Meskipun data akademis sudah diserahkan, tetapi tempe masih menunggu pengajuan ke UNESCO. Tempe akan bersaing dengan jamu dan reog untuk kategori itu.

"Sekarang tinggal pemilihan apakah tempe, jamu, reog? Jadi biasanya nanti siapa menang di negara, ada komite Indonesia, tapi mereka juga bingung mana dulu. Jika tahun ini jamu dulu, maka tempe dua tahun lagi," kata Winarno.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler