Hati-Hati, Hipertensi Bisa Picu Kebutaan Permanen

Hipertensi dapat memicu glaukoma yang berpotensi menyebabkan kebutaan permanen.

www.freepik.com.
Kebutaan permanen bisa terjadi akibat hipertensi (Ilustrasi). Penggunaan obat hipertensi perlu dilakukan dengan hati-hati agar tidak menyebabkan tekanan darah menjadi terlalu rendah dan merusak mata.
Rep: Adysha Citra Ramadani Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hipertensi diketahui dapat meningkatkan risiko terjadinya kedaruratan medis, seperti serangan jantung dan strok. Di samping itu, tekanan darah tinggi ternyata bisa memicu risiko terjadinya glaukoma yang berpotensi menyebabkan kebutaan permanen.

Glaukoma merupakan kondisi yang dapat merusak saraf optik di mata. Kerusakan ini umumnya disebabkan oleh adanya tekanan yang tinggi pada bola mata.

Baca Juga


Kondisi ini bisa mengenai semua kelompok usia, namun lebih umum ditemukan pada lansia. Menurut Mayo Clinic, glaukoma merupakan salah satu penyebab utama kebutaan pada kelompok usia 60 tahun ke atas.

Salah satu faktor risiko dari glaukoma adalah tekanan darah tinggi atau hipertensi. Tekanan darah tinggi bisa memicu terjadinya peningkatan tekanan di bola mata.

Menurut studi yang dilakukan oleh peneliti dari University of Michigan Kellogg Eye Center, penderita hipertensi memiliki risiko 17 persen lebih tinggi untuk mengalami open-angle glaucoma (OAG), jenis glaukoma yang paling umum. Sedangkan penderita hipertensi yang juga mengidap diabetes memiliki risiko 48 persen lebih tinggi untuk menderita OAG.

Tak hanya tekanan darah tinggi, tekanan darah rendah juga bisa memicu terjadinya peningkatan risiko glaukoma. Alasannya, tekanan darah rendah bisa membuat pasokan darah ke saraf optik tidak mencukupi.

Berdasarkan hal ini, penggunaan obat hipertensi perlu dilakukan dengan hati-hati agar tidak menyebabkan tekanan darah menjadi terlalu rendah dan merusak mata. Kehilangan penglihatan pada glaukoma bisa terjadi secara bertahap.

Itulah yang membuat sebagian penderita baru menyadari adanya masalah penglihatan ketika glaukoma yang mereka idap sudah memasuki stadium lanjut. Hal tersebut patut diwaspadai karena kehilangan penglihatan yang disebabkan oleh glaukoma bersifat permanen atau tak bisa diperbaiki.

"Otak kita bisa mengompensasi degenerasi natural yang terjadi sehingga kita tidak begitu menyadari perkembangan penyakitnya," jelas spesialis mata Dr Alastair Lockwood, seperti dilansir Express, Rabu (13/4/2022).

Para ahli mengungkapkan bahwa ada beberapa tanda peringatan glaukoma yang perlu dikenali oleh masyarakat luas. Sebagian di antaranya adalah rasa nyeri, terutama saat mata terpapar cahaya terang, sakit kepala, dan mual. Beberapa tanda peringatan lainnya adalah muntah dan kehilangan penglihatan.

Tanda-tanda peringatan ini muncul karena dipicu oleh peningkatan tekanan bola mata pada kasus OAG akut. Namun, tanda-tanda peringatan ini kemungkinan tidak dirasakan oleh penderita glaukoma di awal-awal terjadinya penyakit.

Agar glaukoma bisa ditemukan lebih dini, dr Lockwood menyarankan agar masyarakat melakukan pemeriksaan kesehatan mata menyeluruh ke dokter spesialis mata secara rutin, setidaknya dua tahun sekali. Frekuensi pemeriksaan perlu ditingkatkan menjadi setidaknya satu tahun sekali bila memiliki faktor risiko, seperti hipertensi atau riwayat keluarga.

Hipertensi itu sendiri merupakan kondisi di mana tekanan darah melebihi ambang normal. Ambang normal dari tekanan darah adalah di antara 90/60 mmHg sampai 120/80 mmHg.

Gejala hipertensi - (Republika)


Selain berkaitan dengan glaukoma, hipertensi juga diketahui berkaitan dengan beberapa masalah kesehatan mata lain. Sebagian di antaranya adalah retinopati hipertensi, koroidopati, dan neuropati optik.

Ketiga masalah kesehatan mata ini juga bisa memicu terjadinya gangguan penglihatan atau kehilangan penglihatan. Oleh karena itu, penting untuk selalu mengecek dan menjaga tekanan darah tetap dalam batasan normal.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler