Jenis Suplemen Vitamin dan Produk Herbal yang Paling Sering Bikin Orang Masuk UGD

Studi jangka panjang di Amerika Serikat temukan suplemen yang bikin orang ke UGD.

www.freepik.com.
Suplemen (Ilustrasi). Studi jangka panjang mengungkap jenis vitamin dan produk herbal yang terkait dengan kunjungan ke UGD.
Rep: Desy Susilawati Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Studi selama 10 tahun yang berbasis di Amerika Serikat menemukan efek samping suplemen bertanggung jawab atas rata-rata sekitar 23 ribu kunjungan ke unit gawat darurat (UGD) per tahun. Dalam hal vitamin terburuk, multivitamin atau vitamin yang tidak spesifik, zat besi, kalsium, dan kalium menduduki puncak daftar.

Salah satu studi terpanjang sampai saat ini yang diterbitkan dalam The New England Journal of Medicine tersebut menjelaskan ada 10 produk herbal atau komplementer teratas yang terkait dengan kunjungan gawat darurat. Produknya adalah suplemen penurunan berat badan, energi, peningkatan seksual, kesehatan jantung, tidur, pencahar, gerak badan, kekebalan atau infeksi, pereda nyeri atau radang sendi, dan suplemen detoksifikasi.

Dalam studi tersebut, para peneliti melihat data pengawasan dari 63 departemen gawat darurat rumah sakit untuk memperkirakan jumlah tahunan kunjungan emergensi yang terkait dengan efek samping dari suplemen makanan. Para penulis mendefinisikan "suplemen makanan" sebagai produk herbal atau komplementer dan zat gizi mikro vitamin atau asam amino.

Pasien yang mengunjungi unit gawat darurat untuk gejala yang terkait dengan penggunaan suplemen rata-rata berusia 32 tahun, dan lebih dari separuh kunjungan adalah pasien perempuan. Lebih dari 10 persen dari kunjungan ini mengakibatkan masuk ke rumah sakit, terutama di antara orang dewasa yang lebih tua dari 65 tahun.

Produk penurun berat badan menyumbang seperempat dari semua kunjungan UGD produk tunggal dan secara tidak proporsional memengaruhi perempuan. Sementara pria lebih mungkin mengalami efek buruk dari produk yang diiklankan untuk peningkatan seksual dan pembentukan tubuh.

Baca Juga


"Keluhan terkait produk penambah energi sekitar 10 persen dari kunjungan ke UGD," kata peneliti, dilansir laman Express, Sabtu (16/4/2022).

Orang dewasa muda bukan satu-satunya yang terpengaruh. Banyak anak di bawah usia empat tahun menderita reaksi alergi atau gejala pencernaan (mual, muntah, sakit perut) karena konsumsi vitamin yang tidak disengaja.

Pasien yang berusia lebih dari 65 tahun lebih cenderung mengalami kesulitan menelan setelah mengonsumsi vitamin atau zat gizi mikro dengan ukuran pil yang besar. Penting untuk dicatat bahwa penelitian ini didasarkan pada kunjungan ke sejumlah kecil rumah sakit di AS dan tidak jelas sejauh mana temuan itu berlaku di negara lain.

Meskipun demikian, tinjauan literatur pada 2020 yang diterbitkan di BMJ menemukan meluasnya penggunaan suplemen vitamin dan mineral di negara-negara berpenghasilan tinggi. Hal itu tampaknya berkontribusi pada peningkatan prevalensi populasi asupan di atas tingkat yang dapat ditoleransi.

"Bukti kualitas tinggi kurang pada efek buruk jangka panjang dari asupan berlebih untuk beberapa nutrisi sehingga tidak jelas apakah ini menjadi perhatian."

Tinjauan tersebut juga meragukan kredibilitas bukti yang mendukung banyak klaim kesehatan. Sebetulnya, asupan nutrisi lengkap bisa didapatkan melalui diet seimbang.  "Jika Anda mengonsumsi vitamin, suplemen, atau produk herbal, selalu baca label keamanan yang disertakan dengan kemasannya,"
kata Harvard Health.

Jika Anda mengalami gejala-gejala yang berkaitan dengan setelah mengonsumsi suplemen makanan, berhentilah meminumnya. Hubungi dokter kalau masih tak enak badan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler