Kiev Robohkan Monumen Lambang Persahabatan Rusia-Ukraina

Pembongkaran ini dilakukan sebagai tanggapan atas invasi Rusia ke Ukraina.

AP Photo/Efrem Lukatsky
Sebuah monumen era Soviet untuk persahabatan antara negara-negara Ukraina dan Rusia terlihat selama pembongkarannya, di tengah invasi Rusia ke Ukraina, di Kyiv tengah, Ukraina, Selasa, 26 April 2022.
Rep: Fergi Nadira Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Pihak berwenang Ukraina pada Selasa (26/4/2022) waktu setempat membongkar monumen besar era Soviet di pusat kota Kiev. Monumen tersebut merupakan lambang persahabatan antara Rusia dan Ukraina.

Baca Juga


Pembongkaran ini dilakukan sebagai tanggapan atas invasi Moskow. Patung perunggu memiliki tinggi delapan meter dan berwujud seorang pekerja Ukraina dan Rusia di atas sebuah alas, memegang tinggi-tinggi tatanan persahabatan Soviet. Patung itu terletak di bawah 'Lengkungan Persahabatan Rakyat' titanium raksasa, yang didirikan pada 1982 untuk memperingati ulang tahun ke-60 Uni Soviet.

"Kami sekarang melihat apa yang dimaksud dengan "persahabatan" ini penghancuran kota-kota Ukraina, membunuh puluhan ribu orang yang damai. Saya yakin monumen seperti itu memiliki arti yang sama sekali berbeda sekarang," kata Wali Kota Kiev Vitaly Klitschko.

Klitschko mengatakan lengkungan itu akan tetap di tempatnya tetapi diganti namanya menjadi Lengkungan Kebebasan Rakyat Ukraina. Para pekerja mulai dengan melepaskan salah satu dari dua kepala perunggu, yang jatuh ke tanah dengan dentang berlubang.

Saat derek mengangkat monumen dari tambatannya dan secara bertahap menurunkannya ke tanah, kerumunan sekitar 100 orang bersorak dan meneriakkan "Kemuliaan bagi Ukraina" dan slogan-slogan lainnya.

"Rusia menginvasi Ukraina. Bisakah kita berteman dengan Rusia? Bagaimana menurutmu? Ini adalah musuh terburuk kita, itulah sebabnya monumen persahabatan Rusia-Ukraina tidak masuk akal lagi," kata Serhiy Myrhorodsky, salah satu perancang.

Invasi Rusia ke Ukraina yang diluncurkan pada 24 Februari, telah menyebabkan ribuan orang tewas dan terluka. Kota-kota Ukraina menjadi puing-puing, dan memaksa lebih dari 5 juta orang mengungsi ke luar negeri.

Moskow menyebut tindakanya sebagai operasi khusus untuk melucuti senjata Ukraina dan melindunginya dari fasis. "Kita seharusnya tidak memiliki hubungan dengan negara agresor, tidak ada persahabatan, tidak ada hubungan, tidak ada apa-apa," kata Diana, seorang wanita muda, yang tidak menyebutkan nama lengkapnya.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler