Penyebab Diabetes Paling Sering Menurut Dokter

Ada beberapa gejala yang patut dicurigai sebagai tanda diabetes.

Pixabay
Penyebab diabetes paling sering menurut dokter. (ilustrasi)
Rep: Adysha Citra Ramadani Red: Qommarria Rostanti

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Diabetes merupakan masalah kesehatan kronis yang memengaruhi cara tubuh mengubah makanan menjadi energi. Diabetes diketahui terdiri dari beberapa jenis, dan masing-masing jenis diabetes ini disebabkan oleh hal yang berbeda.

Baca Juga


Secara umum, tubuh penderita diabetes tidak dapat memproduksi insulin yang cukup atai tidak bisa menggunakan insulin dengan baik. Kondisi ini memicu terjadinya kadar gula darah yang tinggi. Seiring waktu, kadar gula darah yang tinggi dapat memicu terjadinya komplikasi seperti penyakit jantung, penyakit pembuluh darah, penyakit Alzheimer, kehilangan penglihatan, kanker, neuropati, hingga penyakit ginjal.

Diabetes bisa terbagi ke dalam tiga kelompok besar, yaitu diabetes tipe 1, diabetes tipe 2, dan diabetes gestasional. Namun ada pula beberapa jenis diabetes lain yang tidak banyak dikenal, seperti diabetes tipe 3 dan maturity-onset diabetes of the young (MODY). Masing-masing jenis diabetes ini memiliki penyebab yang berbeda.

Pendiri dan Presiden Pusat Diabetes dan Osteoporosis di Piscataway, New Jersey, AS, dr Brian Fertig, mengungkapkan penyebab tersering dari masing-masing jenis diabetes, seperti dilansir Eat This Not That, Selasa (10/5/2022):

1. Diabetes tipe 1

Pada diabetes tipe 1, tubuh tidak bisa memproduksi hormon insulin yang berperan dalam mengatur kadar gula darah. Diabetes tipe 1 diketahui bisa berkaitan dengan autoimun atau dengan non autoimun. 

Diabetes tipe 1 yang berkaitan dengan autoimun bisa muncul pada masa kanak-kanak, remaja, atau dewasa. Sebagian besar diabetes tipe 1 yang muncul pada anak berkaitan dengan disfungsi autoimun, di mana antibodi menyerang dan menghancurkan sel-sel penghasil insulin.

Keberadaan antibodi tertentu di dalam darah, seperti GAD atau ICA, dianggap sebagai penanda diabetes. Bila antibodi GAD positif terdeteksi pada kasus diabetes yang muncul di usia dewasa, jenis diabet3s ini dikenal sebagai latent autoimmune diabetes in adults (LADA) atau diabetes tipe 1,5. Akan tetapi, jenis diabetes ini kerap salah didiagnosis sebagai diabetes tipe 2 karena kemunculannya terjadi di usia dewasa.

Mengenai diabetes tipe 1 yang berkaitan dengan non autoimun, komunitas medis meyakini bahwa jenis diabetes ini sebenarnya merupakan diabetes tipe 1. Namun, diabetes ini melibatkan antibodi berbeda yang belum diidentifikasi.

2. Diabetes tipe 2

Penyebab utama dari diabetes tipe 2 adalah obsitas. Pada diabetes tipe 2, tubuh sebenarnya menghasilkan insulin yang cukup. Akan tetapi, sel-sel tubuh tidak dapat menggunakannya dengan baik. Kondisi ini dikenal sebagai resistensi insulin. 

Resistensi insulin memiliki efek negatif yang sama seperti tak memiliki insulin. Efek negatif tersebut adalah kadar gula darah meningkat hingga memicu kerusakan pembuluh darah di berbagai bagian tubuh.

Selain obesitas, diabetes tipe 2 juga dapat disebabkan oleh hal lain. Salah satunya adalah konsumsi zat aditif non makanan seperti pemanis buatan. Zat-zat seperti ini bisa menyebabkan stres oksidatif di hati lalu pankreas. Kondisi ini akan menyebabkan sekresi isnulin berlebih dan resistensi terhadap insulin tersebut di otot, hati, dan sel-sel lemak.

Diabetes tipe 2 juga dapat dipicu oleh penggunaan steroid. Biasanya, diabetes terjadi setelah penggunaan steroid dalam jangka panjang. Oleh karena itu, obat-obat steroid biasanya diresepkan dalam jangka pendek dan dikurangi dosisnya secara cepat. Diabetes yang dipicu steroid cenderung lebih mirip dengan diabetes tipe 2 dibandingkan diabetes tipe 1.

Meski diabetes tipe 1 dan tipe 2 sama-sama bisa muncul pertama kali di usia dewasa, diabetes tipe 2 merupakan jenis yang lebih umum. Terkait usia, kemunculan diabetes tipe 2 juga lebih sering terjadi pada individu berusia tua. 

3. Diabetes gestasional

Diabetes gestasional merupakan jenis diabetes yang dialami oleh ibu hamil yang sebelumnya tidak mengidap diabetes. Diabetes gestasional terjadi ketoka tubuh menjadi residten terhadap insulin selama kehamilan.

Resistensi ini turut dipengaruhi oleh homron yang diproduksi oleh plasenta, yaitu progesteron dan laktogen plasenta manusia. Plasenta juga memproduksi hormon bernama corticotrophin releasing hormone (CRH) yang meningkatkan produksi kortisol selama kehamilan. Kondisi ini turut mengantagoniskan aksi insulin.

Di samping faktor-faktor hormonal, ada beberapa kondisi lain yang membuat ibu hamil bisa mengalami resistensi insulin. Sebagian di antaranya adalah kenaikan berat badan yang berlebih dan pola makan yang buruk.

Diabetes gestasional nisa meningkatkan risiko terjadinya tekanan darah tinggi selama kehamilan. Oleh karena itu, kondisi ini penting untuk dicegah.

4. Diabetes tipe 3

Istilah diabetes tipe 3 belakangan ini digunakan untuk penyakit Alzheimer yang disebabkan oleh diabetes tipe 2. Diabetes tipe 3 terjadi ketika neuron otak tidak mampu merespon insulin. Padahal, itu diperlukan untuk menunjang tugas-tugas dasar seperti mengingat dan belajar. Beberapa peneliti meyakini bahwa defisiensi insulin merupakan inti dari penurunan kognitif pada penyakit Alzheimer.

5. MODY

MODY adalah kelompok subtipe diabetes yang diturunkan secara genetik. Gejala MODY umumnya mulai tampak pada usia remaja atau dewasa muda sebelum 30 tahun. Pada MODY, kadar gula datah bisa meningkat secara tidak normal akibat penurunan produksi insulin. Prevalensi MODY hanya mencakup 1-2 persen dari total kasus diabetes. 

Kenali gejala

Ada beberapa gejala yang patut dicurigai sebagai tanda diabetes. Sebagian dari gejala tersebut adalah mulut kering, haus berlebih, frekuensi berkemih meningkat, lightheadedness atau sensasi seperti akan pingsan, pandangan kabur, dan penurunan berat badan yang tak diketahui sebabnya. Bila mengalami gejala ini, coba cek kadar gula darah agar diabetes dapat dideteksi dan diobati dengan lebih dini.

Pada kasus diabetes tipe 2, selain mengonsumsi obat yang diresepkan dokter, penting juga untuk melakukan beberapa perubahan seperti menuru kan berat badan, memperbaiki pola makan, hindari alkohol, dan membiasakan latihan fisik selama 30 menit setiap hari.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler