Kebiasaan Makan Seperti Ini Bisa Merusak Usus
Kebiasaan makan seperti ini dapat mengubah bakteri yang semula baik jadi berbahaya.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemanis buatan memungkinkan orang-orang untuk menikmati makanan atau minuman manis tanpa "rasa bersalah". Selain bisa membantu memangkas asupan kalori, penggunaan pemanis buatan juga dapat menunjang kontrol kadar gula darah. Adakah efek sampingnya?
Hingga saat ini, ada beragam studi pada hewan dan manusia yang sudah dilakukan untuk mengetahui dampak dari konsumsi pemanis buatan pada kesehatan. Dari berbagai studi ini, ada cukup banyak studi yang mengindikasikan bahwa pemanis buatan dapat mengganggu keseimbangan mikrobiota usus.
Selain itu, pemanis buatan juga tampak memainkan peran dalam terjadinya intoleransi glukosa. Bahkan, ada pula studi yang menemukan bahwa pemanis buatan berkaitan dengan kerusakan lapisan usus, lalu berujung pada masalah sindrom usus bocor.
Studi terbaru yang dipublikasikan dalam International Journal of Molecular Sciences juga memberikan hasil serupa. Studi ini meneliti tiga jenis pemanis buatan yang banyak digunakan dalam makanan dan minuman, seperti sakarin, sukralosa, dan aspartam.
Melalui studi ini, tim peneliti menemukan bahwa dampak buruk bisa terjadi ketika pemanis buatan dikonsumsi dalam konsentrasi yang setara dengan kandungan pemanis buatan dalam dua kaleng soda diet. Kebiasaan ini, menurut peneliti, memungkinkan dua bakteri usus jahat yaitu E.coli dan E.faecalis menempel serta menyebabkan kerusakan pada sel epitel yang menyelimuti dinding usus.
E.faecalis diketahui memiliki kemampuan untuk menembus dinding usus dan masuk ke dalam aliran darah. Dari situ, bakteri ini bisa menyebabkan infeksi pada kelenjar getah bening dan organ-organ lain.
Menurut tim peneliti, perubahan patogen ini turut memicu terjadinya pembentukan biofilm yang lebih besar dan peningkatan adhesi. Perubahan-perubahan ini nantinya turut mendorong bakteri yang ada di dalam usus melakukan penyerangan dan memicu kerusakan pada usus.
"Yang bisa dikaitkan dengan infeksi, sepsis, dan kegagalan multi-organ," ujar peneliti senior dan ahli sains biomedis dari Anglia Ruskin University, dr Havovi Chichger, seperti dilansir di laman Eat This Not That, Rabu (25/5/2022).
Dengan kata lain, konsumsi pemanis buatan seperti sakarin, sukralosa, dan aspartam dapat memicu perubahan yang menyebabkan bakteri yang semula "baik" bagi kesehatan usus beralih menjadi bakteri yang berpotensi membahayakan dinding usus.
"Sebagian pemanis yang banyak ditemukan dalam makanan dan minuman, sakarin, sukralosa, dan aspartam, bisa membuat bakteri usus sehat menjadi patogen (menyebabkan sakit)," kata dr Chichger.
Terlepas dari ditemukannya hubungan antara pemanis buatan dan potensi risiko kesehatan dalam berbagai studi, saat ini penggunaan pemanis buatan masih diperbolehkan. Di Amerika Serikat misalnya, Food and Drug Administration (FDA) telah melakukan studi selama beberapa puluh tahun dan menetapkan bahwa ketiga jenis pemanis buatan, yaitu sakarin, sukralosa, dan aspartam, aman untuk dikonsumsi pada manusia.