Ini Alasan Guru dan Siswa Tetap Pilih PTM Selama Pandemi Covid-19 

PTM dinilai lebih memudahkan proses belajar-mengajar baik bagi guru maupun siswa. 

Republika/Mgrol100
The Indonesian Institute Center for Public Policy Research (TII) mengungkapkan, sejak awal hingga pertengahan tahun ketiga pandemi Covid-19 saat ini, kebanyakan guru dan siswa di berbagai daerah lebih memilih untuk melakukan pembelajaran tatap muka (PTM).
Rep: Ronggo Astungkoro Red: Ratna Puspita

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- The Indonesian Institute Center for Public Policy Research (TII) mengungkapkan, sejak awal hingga pertengahan tahun ketiga pandemi Covid-19 saat ini, kebanyakan guru dan siswa di berbagai daerah lebih memilih untuk melakukan pembelajaran tatap muka (PTM). PTM dinilai dapat lebih memudahkan proses belajar-mengajar baik bagi guru maupun siswa. 

Baca Juga


"Siswa dan guru di berbagai daerah di Indonesia lebih memilih untuk melakukan PTM dibanding pembelajaran jarak jauh (PJJ) karena berbagai hal," kata Peneliti Bidang Sosial TII, Nisaaul Muthiah, lewat keterangannya, Rabu (22/6/2022). 

Hal tersebut didapatkan dari kajian kebijakan tengah tahun yang TII lakukan belum lama ini. Menurut Nisa, siswa-siswa yang menjadi informan dalam studi itu menyatakan, saat PTM penjelasan dari guru lebih mudah untuk dipahami. Tak hanya murid, guru juga merasa pada saat PTM mereka lebih mudah dalam memberikan penjelasan kepada siswa. 

“Teknologi tidak mampu menggantikan interaksi sosial langsung. Bahkan, kejenuhan siswa bisa mendorong adanya siswa yang putus sekolah. Belum lagi, tantangan kemampuan guru dan siswa dalam menggunakan teknologi,” jelas Nisa. 

Sementara itu, TII mengungkapkan, implementasi Surat Keputusan Bersama (SKB) Empat Menteri tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran Tata Muka (PTM) Terbatas Di Masa Pandemi Covid-19 belum dilakukan dengan maksimal. “Saat ini sudah banyak satuan pendidikan yang menjalankan PTM tanpa menerapkan protokol kesehatan yang sesuai dengan ketentuan. Ada siswa yang menyatakan, penggunaan masker dan penerapan social distancing di sekolahnya sudah tidak diwajibkan lagi," ujar dia.

Nisa mengatakan, beberapa kendala yang menyebabkan tidak maksimalnya implementasi SKB Empat Menteri, di antaranya kurangnya komunikasi, kurangnya kesadaran warga sekolah, dan kurangnya kerja sama warga sekolah. Menurut Nisa, tidak semua guru dan tenaga kependidikan memahami SKB Empat Menteri secara menyeluruh. 

"Evaluasi berkala terkait penerapan SKB Empat Menteri perlu terus dilakukan," kata Nisa. 

Sebelumnya, mayoritas masyarakat menilai kebijakan PTM pascapandemi Covid-19 dinilai sangat bermanfaat. Dalam rilis survei nasional Indikator Politik Indonesia, 42,8 responden umum menilai PTM sangat bermanfaat dan 46,5 persen cukup bermanfaat, dan hanya 3,8 persen menilai kurang bermanfaat dan 1,3 persen tidak bermanfaat. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler