Naskah Khutbah Jumat: Menyemai Kebajikan, Menuai Kemaslahatan
Kiprah menyemai kebajikan menghadirkan energi pembaruan.
REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Cristoffer Veron P, Kader Muhammadiyah Yogyakarta
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ . وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اَللَّهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن. قَالَ الله تَعَالَى: يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. وَقَالَ الله تَعَالَى: يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا.
Saudara-Saudara yang Budiman
Alhamdulillah hari demi hari telah kita lewati bersama. Mendendangkan kita untuk bersyukur atas persembahan nikmat Ilahi yang begitu kaya. Sampai detik ini, kita masih diberikan tempo untuk merasakan indahnya kehidupan dunia. Dan juga mempersiapkan diri mengumpulkan amal-amal terbaik dalam menghadapi masa-masa yang menegangkan kelak akan dialami oleh segenap manusia, yakni kematian.
Shalawat dan salam kita limpahkan kepada junjungan Rasulullah Muhammad Saw. Sosok yang paling suci yang memancarkan nur benderang, menjadikan dirinya layak untuk kita petik mosaik-mosaik keteladanannya. Dengan harapan dapat terlahir sebagai manusia pembawa suluh pencerah bagi kehidupan baik di dunia maupun di akhirat kelak.
Saudara-Saudara yang Budiman
Dengan semburat sinar sang surya yang berpijar di tengah petala langit, manusia saling seronok menjalani hidup di bumi. Menjalaninya dengan penuh semangat dan senantiasa menengadahkan tangan untuk mensyukuri seraya memancarkan secercah cahaya optimisme di dalam jiwa. Manusia bukanlah sosok yang gagah perkasa, melainkan sosok lemah (dha’if) yang senantiasa berusaha berbuat bajik untuk tampil sebagai manusia paripurna (insan kamil) di muka bumi.
Kemampuan manusia berbuat bajik menjadi titik temu perenungan yang kaya akan pengajaran. Di sepanjang sajadah panjang kehidupan ini, kita acap kali sering menemukan beragama kisah-kisah klasik dengan kandungan hikmah begitu tinggi. Kisah yang memberikan kesadaran diri hal ihwal berbuat bajik sekaligus penyemaiannya harus dilakukan apapun kondisi kehidupan yang tengah terjadi.
Menyemai kebajikan merupakan tindakan luhur. Selaras dengan bianglala hidup bersama, semua manusia harus dapat saling menebar energi positif. Yakni saling mengasihi, bersatu dan berbagi tanpa memandang lintas perbedaan agama, suku bangsa, budaya, ras, dan golongan. Kita harus memikrajkan diri menembus langit makrifat sebagai pemancar obor kecerahan bagi kehidupan.
Dalam bingkai kehidupan, kiprah menyemai kebajikan menghadirkan energi pembaruan. Antara manusia satu dengan lainnya saling merasakan vibrasi kemaslahatan dari peran yang dilakukan (simbiosis mutualisme). Tampak jelas, kemampuan menyemai kebajikan manusia jadi kekuatan besar dalam menghadirkan transformasi kehidupan ke arah yang lebih baik. Tanpa kesanggupan diri, hatta musykillah jiwa dapat berkiprah pada aspek kemuliaan ini.
Saudara-Saudara yang Budiman
Pengembaraan menyemai kebajikan memang tak menentu menemukan keberhasilan. Suka dan duka selalu menghiasi di dalam lintasan kehidupan. Kita memang tidak bisa mengubah arah mata angin, namun masih tetap bisa berjalan menuju tujuan hakiki.
Kalau ingin tampil sebagai manusia berbudi yang eksis dalam menyemai kebajikan, bersiaplah menahan diri dari terjangan prahara dari segala penjuru arah. Jangan terperanjat tatkala prahara itu datang, akan tetapi teruslah bergerak dalam menyemai kebajikan demi mewujudkan hidup penuh makna dan warna.
Seturut dengan itu, Allah begitu menaruh kecintaan-Nya kepada hamba-Nya yang berbuat bajik. Yakni pemberian pahala besar yang tak terhitung jumlahnya. Hal ini menandakan kedudukannya begitu tinggi melampaui segalanya yang ada di dunia ini. Dan itulah sumpah Allah begitu nyata,
فََٔاتَىٰهُمُ ٱللَّهُ ثَوَابَ ٱلدُّنۡيَا وَحُسۡنَ ثَوَابِ ٱلۡأٓخِرَةِۗ وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلۡمُحۡسِنِينَ
Artinya: “Karena itu Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia dan pahala yang baik di akhirat. Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan”. (Qs ali-‘Imran [03]: 148).
Rasulullah Muhammad Saw pernah bersabda, “Janganlah meremehkan kebaikan sedikit pun, biarpun hanya berbicara kepada saudaramu dengan durja tersenyum kepadanya. Amalan tersebut adalah bagian manifestasi dari kebajikan”. (HR. Abu Daud dan at-Tirmidzi).
Dalam implementasinya, tidaklah mudah sesuai teladan Rasulullah Muhammad Saw. Harus ada pembiasaan sejak dini agar bisa terbiasa menjalankannya di atas panggung kehidupan sehari-hari. Kuncinya adalah bersihkan hati yang kotor menjadi bening dan lapang, sehingga bisa menyemai kebajikan sekalipun terhadap orang yang kita benci.
Sudah saatnya setiap muslim saling menghilangkan virus kebencian dan permusuhan sebagai biang kerok dari ketidakharmonian menjalani hidup. Untuk apa hidup saling menebar kebencian dan permusuhan, selagi manusia sama-sama diciptakan dari tanah liat kering dan lumpur hitam yang diberi bentuk (Qs al-Hijr [15]: 26). Tidak akan pernah merasakan percik-percik keberkahan Ilahi selagi virus kebencian dan permusuhan itu masih bersarang di dalam hati nurani.
Jika kita mampu bertindak menyemai kebajikan setiap saat, maka akan kita menuai nilai-nilai kemaslahatan yang dihasilkan. Kemaslahatan atas menyemai kebajikan itu berbuah rahmat untuk semesta alam. Pijar kemaslahatan yang dihasilkan itu menarik tali simpul pertemuan persaudaraan yang makin terikat kuat. Bukankah segenap umat Islam itu bersaudara?
إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ إِخۡوَةٞ فَأَصۡلِحُواْ بَيۡنَ أَخَوَيۡكُمۡۚ
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara. Karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih)”. (Qs al-Hujurat [49]: 10).
Saudara-Saudara yang Budiman
Umat Islam di identitaskan sebagai umat yang utama (al-mujtama’ al-fadhilah). Yaitu umat yang berjiwa religius, berintegritas tinggi, kata sejalan antara tindakan dan perilaku. Karenanya peran untuk menyemai kebajikan sudah seyogianya dilakukan mulai detik ini agar kita mampu menuai nilai-nilai kemaslahatan.
Wujudnya berupa: kehidupan akan memperoleh pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya (kenikmatan memandang Allah). Memperoleh kebahagiaan hakiki di dunia maupun akhirat. Dan juga akan memperoleh rahmat Ilahi. Dengan menyemai kebajikan, niscaya akan membuat hati tenang, adem ayem, dan tercipta kehidupan serba utama di atas bumi tercinta yang diberkahi Ilahi.
بَارَكَاللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ القُرْآنِ العَظِيْمِ, وَنَفَعَنِيْ وَإِيَاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَ الذِكْرِ الحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَا وَتَهُ إنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَحِيْمُ.
KHUTBAH KEDUA
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ، وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِه وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ. مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ … أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.
Menutup khutbah hari ini, marilah kita memohon kepada-Nya agar dimudahkan dalam mengamalkan kebajikan untuk kemaslahatan. Sehingga kelak kita bisa menyemai kebajikan dan menuai kemaslahan tersebut untuk kehidupan dunia yang lebih baik. Juga untuk kehidupan akhirat yang kekal.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ مِنَ الْخَيْرِ كُلِّهِ مَا عَلِمْنَا مِنْهُ وَمَا لَمْ نَعْلَمْ. اَللَّهُمَ أَصْلِحْ أَحْوَالَ الْمُسْلِمِيْنَ وَأَرْخِصْ أَسْعَارَهُمْ وَآمِنْهُمْ فِيْ أَوْطَانِهِمْ. اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَنَا الَّذِيْ هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا الَّتِيْ فِيْهَا مَعَاشُنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِيْ إِلَيْهَا مَعَادُنَا، وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِيْ كُلِّ خَيْرٍ، وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَتَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ. اَللَّهُمَّ افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَا بِالْحَقِّ وَأَنْتَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ العِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْن وَسَلَامٌ عَلَى المُرْسَلِيْنَ. وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.