Korsel Catat Tingkat Kelahiran Terendah dan Rekor Kematian Tertinggi

Perlambatan ekonomi dan harga rumah yang tinggi jadi pemicu angka kelahiran rendah

EPA-EFE/YONHAP
Seorang anak sekolah dasar menghadiri kelas online di rumahnya di Seoul, Korea Selatan. Korea Selatan (Korsel) mencatat jumlah kelahiran bayi terendah pada kuartal kedua tahun ini dan angka kematian naik ke level tertinggi sepanjang masa
Rep: Fergi Nadira B Red: Esthi Maharani

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL - Korea Selatan (Korsel) mencatat jumlah kelahiran bayi terendah pada kuartal kedua tahun ini, dikutip data terbaru dari Statistics Korea, Rabu (24/8/2022). Sementara angka kematian naik ke level tertinggi sepanjang masa di tengah penuaan yang cepat dan pandemi Covid-19.

"Sebanyak 59.961 bayi lahir pada periode April-Juni, turun 9,3 persen dari tahun sebelumnya," kata Statistics Korea seperti dilansir laman Yonhap, Rabu. Ini merupakan jumlah persalinan terendah selama kuartal kedua sejak badan statistik mulai mengumpulkan data terkait pada 1981.

Negara Asia Timur itu menghadapi penurunan angka kelahiran kronis karena banyak anak muda menunda, menyerah untuk menikah atau memutuskan untuk tidak memiliki bayi. Pemicunya adalah perlambatan ekonomi dan harga rumah yang tinggi, dikombinasikan dengan perubahan norma sosial tentang pernikahan.

Tingkat kesuburan total negara mencapai 0,75 anak pada kuartal kedua, turun dari 0,82 dari tahun lalu. Ini menandai yang terendah untuk setiap kuartal kedua. Tingkat kesuburan diperoleh dari jumlah rata-rata anak yang dikandung seorang wanita seumur hidupnya. Pada Juni, jumlah bayi baru lahir mencapai 18.830, turun 12,4 persen dari tahun lalu.

Sementara itu, tingkat kematian negara meningkat selama periode ini. Dampak penuaan yang cepat dan pandemi mendorong jumlah kematian ke rekor tertinggi pada kuartal kedua sepanjang masa.

Sebanyak 90.406 orang meninggal dalam periode sama, naik 20,5 persen dari tahun sebelumnya. Pada Juni, jumlah kematian juga naik 1,9 persen per tahun ke rekor tertinggi sebanyak 24.850. Penghitungan tersebut menandai kenaikan bulan ke-16 berturut-turut.

Populasi negara tersebut juga menurun selama 32 tahun terakhir. Korsel melaporkan penurunan alami pertama dalam populasinya pada 2020 menyusul tren demografi yang suram terus berlanjut.

Sementara itu, jumlah pernikahan turun 1,1 persen secara tahunan menjadi 47.734 pada kuartal kedua. Semakin banyak orang yang menunda pernikahan karena pandemi Covid-19. Pada Juni, pernikahan turun 8,2 persen dalam setahun menjadi 14.898.

Perceraian turun 11,7 persen dalam setahun menjadi 23.156 pada periode April-Juni. Pada  Juni, perceraian menurun 13,2 persen menjadi 7.586.


BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler