Musim Hujan Ridwan Kamil Ingatkan Kepala Daerah Perbaiki Infrastruktur

Perbaikan sistem infrasturktur kota, supaya mengurangi potensi banjir

Edi Yusuf/Republika
Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil mengingatkan pada semua masyarakat agar mulai waspada memasuki musim hujan ini.
Rep: Arie Lukihardianti Red: Gita Amanda

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil mengingatkan pada semua masyarakat agar mulai waspada memasuki musim hujan ini. Apalagi, saat ini dunia sedang mengalami pemanasan global yang kerap mempengaruhi cuaca.

"Ya, pemanasan global yang tadi saya pidatokan ini mempengaruhi cuaca. Saat kering ada hujan disebut kemarau basah. Saat hujan, hujannya juga tidak bisa diprediksi. Begitu perubahan iklim nyata, hujannya makin aneh-aneh sekarang skala hujan makin besar," ujar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil kepada Republika, Senin (12/9/2022).

Emil mengatakan, menghadapi musim hujan ini pihaknya meminta masyarakat untuk merespon dua hal. Pertama, terus waspada. Kedua, terus memonitor peringatan dari BMKG. "Setiap hari harus rajin lihat cuaca sepekan ada hujan besar siang sore," katanya.

Selain itu, menurut Emil, pihaknya sudah mengarahkan pada para kepala daerah khususnya perkotaan untuk memperbaiki sistem infrastruktur kotanya. Supaya mengurangi potensi banjir. "Dan untuk kabupaten saya perintahkan agar waspada di area-area yang rawan terhadap longsor," katanya.

Terkait surat edaran siaga banjir dan longsor, Emil mengatakan, hingga saat ini pihaknya belum membuat surat edaran tersebut. Karena hingga saat ini, kondisi masih aman terkendali. "Belom ada action seperti surat siaga, karana masih termonitor managable," katanya.

Sebelumnya, sepanjang tahun 2022, Januari hingga 9 September 2022 di wilayah Jawa Barat telah terjadi 809 bencana. Sebanyak 784 di antaranya bencana Hidrometeorologi yakni tanah longsor, banjir, dan angin kencang.

Menurut Analis Kebencanaan Badan Penanggulanganan Bencana Daerah (BPBD) Jabar, Hadi Rahmat Hardjasasmita, ke-809 kejadian terdiri dari 305 kejadian tanah longsor, 340 angin kencang, 139 banjir, 5 kebakaran lahan, gempa bumi 17, dan kekeringan 3 kejadian.

Hadi mengatakan, warga yang terdampak bencana tersebut berjumlah 217.737 orang, 35 orang meninggal dunia, 5.846 rumah rusak, 5.1560 rumah di antaranya terendam akibat banjir dan trtimbun longsor.

Secara keseluruhan, kata Hadi, penanganan kebencanaan di Jabar sudah mencapai 97,9 persen. "Artinya 809 kejadian sudah kita selesaikan dan 17 kejadian yang masih dalam progres penanganan," ujar Hadi.

Hadi mengatakan, bencana Hidrometeorologi merupakan bencana yang diakibatkan karena cuaca ekstrem, yakni longsor, banjir, dan angin kencang. "Untuk penanganan bencana Hidrometeorologi sama seperti bencana pada umumnya. Kami sudah memiliki protap dan SOP soal darurat kebencanaan," katanya.

SOP kebencanaan, kata dia, terdiri dari 6 langkah, yakni kaji cepat, pemetaan status, penyelamatan dan evakuasi, pemenuhan kebutuhan dasar perlindungan kelompok rentan, dan pemenuhan sarana dan prasarana vital.

Secara prinsip, kata dia, tidak ada seorangpun yang bisa mengetahui kapan bencana itu datang. Namun untuk bencana Hidrometeorologi, meskipun tidak bisa diprediksi tapi bisa diperkirakan. "Tapi sifatnya berdasarkan potensi dan memberi peringatan dini," katanya.

Terkait hal ini, BPBD sudah melakukan langkah. Di antaranya memberi informasi  melalui whatsapp ke BPBD kabupaten/kota. Nantinya BPBD kabupaten/kota yang akan berkoordinasi hingga ke tingkat desa.

"Upaya lainnya dengan WA blast peringatan dini ke kecamatan dan kelurahan melalui aparat berwenang. Nanti mereka yang akan langsung berkoordinasi dengan warga," katanya.

Baca Juga


BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler