Kinerja Sektor Batu Bara Diprediksi Moncer, Analis Jagokan Saham ADRO
Beberapa pekan terakhir, harga batu bara berfluktuasi dan sempat mengalami penurunan.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Mirae Asset Sekuritas meyakini saham di sektor batu bara akan mencatatkan kinerja yang cemerlang didukung lonjakan permintaan jelang memasuki musim dingin di Eropa. Dalam beberapa minggu terakhir, harga batu bara berfluktuasi dan sempat mengalami penurunan.
Pada 10 Oktober 2022, rata-rata harga batu bara global turun menjadi 396 dolar AS per ton atau turun sebesar 10,1 persen MoM. Meski demikian Analis Mirae Asset Sekuritas, Juan Harahap, melihat harga batu bara tetap tinggi hingga akhir tahun ini.
“kami memperkirakan permintaan batu bara akan meningkat di masa mendatang musim dingin,” kata Juan dalam risetnya dikutip Ahad (23/10/2022).
Juan memperkirakan volume produksi batu bara lebih tinggi di kuartal III 2022 didukung oleh perbaikan cuaca yang terjadi pada periode tersebut. Menurut Juan, pada ssemester I 2022 perusahaan tambang batu bara mengalami kesulitanterutama karena gangguan cuaca dan tantangan dalam memperoleh alat berat.
Di sisi lain, harga batu bara dunia melonjak ke 417 dolar AS di kuartal III 2022 atau meningkat 14,1 persen QoQ. Juan memperkirakan harga jual rata-rata atau Average Selling Price (ASP) perusahaan tambang batu bara juga akan mengalami peningkatkan.
Namun, Juan memperkirakan kesenjangan harga antara batu bara berkalori tinggi dan menengah ke bawah akan terus melebar. Juan melihat kondisi saat ini akan menguntungkan perusahaan dengan batu bara dengan kalori tinggi.
Sebagai informasi, perusahaan tambang yang memproduksi batu bara dengan kalori tinggi di Indonesia masih cukup terbatas, salah satunya ITMG. Sedangkan ADRO dan PTBA memiliki batu bara dengan kalori menengah ke bawah.
Meski demikian, Mirae Asset Sekuritas lebih memilih ADRO sebagai pilihan utama didukung penghasilan yang lebih tinggi pada tahun ini. ADRO tetap akan diuntungkan dengan kenaikan harga batu bara. Selain itu, kinerja ADRO akan didukung volume penjualan dan diversifikasi yang lebih tinggi dari bisnis non-batu bara.