Asal Sportivitas dalam Islam dan Bagaimana Rasulullah SAW Ajarkan Berlaku Sportif

Islam menekankan pentingnya sportivitas dalam segala hal termasuk olahraga

AP/Petr David Josek
Ilustrasi sportivitas olahraga. Islam menekankan pentingnya sportivitas dalam segala hal termasuk olahraga
Rep: Imas Damayanti Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA –  Mata masyarakat dunia saat ini terfokus pada ajang perhelatan olahraga terbesar yakni Piala Dunia 2022. Untuk itu pertandingan olahraga yang identik dengan sportivitas tak lepas dari nilai-nilainya.  

Baca Juga


 

Ilmuwan Psikologi Indra Kusumah mengatakan, sportivitas dalam psikologi terkait dengan integritas seseorang yang bermakna keterpaduan dan kesatuan pikiran, perkataan dan perbuatan. 

 

Integritas melahirkan komitmen kejujuran dan komitmen terhadap aturan main. "Orang yang berjiwa sportif memiliki kesungguhan berjuang meraih kemenangan dengan disiplin peraturan, serta memiliki kelapangan dada mengakui kesalahan ataupun kekalahan," kata Indra saat dihubungi Republika.co.id, Rabu (14/12/2022) malam.  

 

Dalam Islam, kata dia, sportivitas lahir dari sifat shidiq (jujur/benar/integritas) yang mewujud dalam bentuk shidqun niyyat (benar dalam niat/pikiran), shidqul qoul (benar dalam perkataan) dan shidqul amal (benar dalam perbuatan). 

 

Untuk itu menurutnya, sportivitas menjadikan seseorang memiliki semangat berkompetisi secara bermartabat. Dengan itu dia menemukan kebermaknaan hidup (meaningful life). 

 

Orang yang memiliki sportivitas akan menghargai proses dan juga memperlakukan pihak lain secara adil sehingga ketika menang tidak menjadikan dirinya sombong, dan ketika kalah tidak terluka secara psikologis. 

 

Seluruh kehidupan Rasulullah SAW mengajarkan sportivitas. Dia memberikan contoh bahwa komitmen Rasulullah SAW melaksanakan perjanjian Hudaibiyah ketika baru saja ditandatangani, datang Abu Jandal bin Suhail dari Makkah melarikan diri. 

 

Suhail sebagai wakil dari Pihak Quraisy sekaligus ayah dari Abu Jandal meminta Nabi Muhammad SAW menyerahkan Abu Jandal sesuai isi Perjanjian Hudaibiyah SAW.  

 

Rasulullah SAW pun komitmen dengan perjanjian dan tidak berkhianat. Meski berat, beliau menyerahkan Abu Jandal seraya mendoakan agar Allah SWT memberikan jalan keluar. 

 

Kisah lain contohnya adalah Sultan Salahuddin Al Ayyubi yang saat terjadi pertempuran memperebutkan Masjid Al-Aqsa mendengar kabar Raja Richard yang bergelar The Lion Heart sakit terbaring.  

 

Salahuddin pun menyamar sebagai dokter pribadi Salahuddin mengobati langsung musuhnya itu sampai sembuh untuk kemudian kembali berperang secara gentle. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler