Kenapa Kecanduan Gula Bisa Terjadi?

Kebiasaan mengonsumsi gula secara berlebih bisa meningkatkan beragam risiko.

www.pixabay.com
Gula (ilustrasi).
Rep: Adysha Citra Ramadani Red: Endro Yuwanto

REPUBLIKA.CO.ID, Gula merupakan sumber energi yang instan bagi tubuh dan dapat memunculkan perasaan bahagia. Namun kebiasaan mengonsumsi gula ternyata juga bisa memicu timbulnya kecanduan atau craving makanan dan minuman yang manis.

Secara umum, gula adalah karbohidrat sederhana yang dapat diubah menjadi sumber energi untuk tubuh. Gula dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu gula alami dan gula tambahan. Gula alami bisa didapatkan dari makanan atau minuman yang secara alami mengandung gula, seperti susu atau buah, sedangkan gula tambahan adalah gula yang ditambahkan ke dalam makanan atau minuman selama proses produksi atau persiapan.

"Tidak sulit untuk menemukan makanan dan minuman dengan gula tambahan," ujar dokter spesialis gizi klinik dari RS Pondok Indah, Jakarta, dr Juwalita Surapsari MGizi SpGK, melalui surel kepada Republika.co.id, Ahad (25/12/2022).

Mengonsumsi makanan atau minuman manis diyakini dapat membuat perasaan menjadi lebih baik. Hal ini terjadi karena setelah seseorang mengonsumsi gula, otak akan melepaskan serotonin serta dopamin. Keduanya merupakan neurotransmitter yang berperan dalam brain reward system. "Sehingga suasana hati menjadi bahagia dan mood menjadi lebih baik," ujar Juwalita.

Sayangnya, asupan gula tak hanya bisa memberikan perasaan bahagia, tetapi juga berpotensi memicu "kecanduan". Alasannya, ketika rasa bahagia setelah mengonsumsi gula mereda, otak cenderung menginginkan perasaan bahagia tersebut kembali. Oleh karena itu, ketika kadar glukosa mencapai tingkat yang rendah, akan muncul keinginan untuk mengonsumsi atau craving makanan dan minuman manis. "Hal ini yang memberikan dampak kecanduan gula pada seseorang," lanjut Juwalita.

Bila keinginan ini terus-menerus diikuti, seseorang akan berpotensi mengonsumsi gula secara berlebih. Kebiasaan mengonsumsi gula secara berlebih bisa meningkatkan beragam risiko masalah kesehatan, mulai dari karies gigi hingga obesitas.

Tentu bukan berarti gula tak boleh dikonsumsi sama sekali. Gula tetap dapat dinikmati dalam keseharian, namun secukupnya saja atau dengan batasan. Bila mengacu pada rekomendasi Kementerian Kesehatan RI, batas asupan gula yang dianjurkan adalah 10 persen dari total asupan energi yang dibutuhkan tubuh.

Untuk orang dewasa yang memiliki kebutuhan energi sekitar 2000 kalori, maka batas asupan gula yang dapat dikonsumsi adalah sekitar 200 kalori per hari. Jumlah ini setara dengan 50 gram atau empat sendok makan gula per hari.

Batas asupan gula harian yang direkomendasikan untuk anak cenderung lebih rendah dibandingkan orang dewasa. Menurut dr Juwalita, batas asupan gula untuk anak adalah tidak lebih dari 25 gram atau sekitar dua sendok makan gula per hari. "Batasan ini adalah standar bagi orang dewasa atau anak-anak yang memiliki kadar gula darah yang normal," ujar dr Juwalita.

Selain memperhatikan jumlah, sumber gula yang dikonsumsi juga patut diperhatikan. Asupan gula dari sumber yang alami, seperti susu atau buah, relatif lebih baik untuk dikonsumsi dibandingkan gula tambahan. Alasannya, makanan atau minuman yang mengandung gula alami juga kerap mengandung zat gizi lain yang dibutuhkan tubuh seperti vitamin hingga antioksidan.

"Ketika Anda mengonsumsi gula dalam bentuk buah utuh, maka yang Anda konsumsi bukan hanya gula, tetapi juga serat, vitamin, dan antioksidan yang memberikan manfaat bagi tubuh," jelas dr Juwalita.

Baca Juga


BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler