Dokter William Li Rekomendasikan Teh Bunga Telang untuk Bantu Lawan Kanker
Bunga telang kaya akan antioksidan yang bisa melawan kanker.
REPUBLIKA.CO.ID JAKARTA -- Seorang dokter menyarankan untuk mengganti teh yang biasa diminum dengan teh butterfly pea, yang di Indonesia sering disebut sebagai teh bunga telang. Menurut dokter, ilmuwan, dan penulis bernama William Li tersebut, teh bunga telang bisa membantu melawan kanker.
Li menjelaskan, bunga telang kaya antioksidan yang disebut antosianin. Berasal dari Asia Tenggara, bunga dengan nama ilmiah Clitoria ternatea itu telah digunakan selama berabad-abad dalam bentuk teh, dan diyakini mengandung khasiat meningkatkan kesehatan dan pengobatan.
"Senyawanya adalah antioksidan pelawan kanker. Mereka membunuh sel kanker serta menghilangkan sel induk kanker. Meski penelitian lebih lanjut tentang antosianin masih diperlukan, tampaknya itu berperan dalam kerusakan akibat radikal bebas," ujar Li yang merupakan penulis buku laris Eat To Beat Disease.
Li menyampaikan pula bahwa antosianin juga mengandung sifat antiangiogenik (menghambat pertumbuhan tumor). Bioaktif yang mengesankan itu pun telah terbukti melawan efek penuaan dan stres oksidatif.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) menyarankan gaya hidup sehat untuk meminimalisasi risiko kanker. Itu termasuk mempertahankan berat badan ideal, tidak merokok, tidak minum alkohol, dan melindungi kulit dari paparan berlebih sinar matahari.
Cancer Research UK memperingatkan bahwa tidak semua kanker dapat dicegah, tetapi risikonya bisa ditekan dengan perilaku hidup sehat. Bicara tentang manfaat lain teh bunga telang, ada temuan dalam sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal BMC Complementary Medicine and Therapies.
Penelitian itu mengungkap efek teh telang dalam memengaruhi kadar gula darah dan insulin. Sebanyak 15 peserta yang diminta mengonsumsi teh herbal tersebut mendapat manfaat dari penurunan kadar gula darah dan insulin.
Studi lain melaporkan sifat antioksidan teh bunga telang mampu melindungi tubuh dari kerusakan sel dan komplikasi yang berkaitan dengan diabetes, dikutip dari laman Express, Selasa (3/1/2023).