Ini Alasan Perempuan Dianjurkan Jalankan Vaksinasi HPV
Vaksinasi HPV pada perempuan sudah bisa diberikan sejak usia Kelas 5 SD.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) menekankan pentingnya vaksinasi untuk mencegah kanker pada leher rahim atau serviks. Ketua Umum POGI Yudi M Hidayat menyarankan para perempuan menjalani vaksinasi untuk mencegah infeksi human papilloma virus (HPV), virus yang dapat menyebabkan kutil kelamin dan kanker serviks.
Dalam konferensi pers mengenai Bulan Kesadaran Kanker Serviks di Jakarta, Selasa (31/1/2023), ia menyampaikan bahwa perempuan tidak perlu menunggu hasil pemeriksaan untuk mendeteksi kanker pada leher rahim seperti PapSmear dan IVA untuk menjalani vaksinasi HPV. Yudi mengatakan bahwa vaksinasi HPV juga perlu dilakukan pada anak perempuan usia kelas lima dan enam sekolah dasar sebagai upaya pelindungan terhadap risiko kanker serviks.
Meski dalam panduan pelaksanaan vaksinasi HPV ada batasan usia maksimal 55 tahun, ia mengatakan, perempuan yang sudah berusia lanjut dan masih melakukan hubungan seksual pun lebih baik menjalani vaksinasi HPV. Selain menjalani vaksinasi, Yudi mengatakan, perempuan yang aktif melakukan hubungan seksual sebaiknya menjalani prosedur pemeriksaan untuk mendeteksi tanda-tanda kanker serviks seperti PapSmear dan inspeksi visual asam asetat (IVA).
"Jangan tunggu parah baru periksa. Secanggih apapun alatnya sehebat apa kita, percuma," katanya.
Dokter umumnya merekomendasikan pelaksanaan pemeriksaan PapSmear setiap tiga tahun untuk perempuan berusia 21 sampai 65 tahun. Yudi mengemukakan pentingnya edukasi mengenai pencegahan kanker serviks guna meningkatkan kesadaran perempuan untuk menjalani vaksinasi maupun pemeriksaan.
Menurut informasi yang disiarkan oleh Kementerian Kesehatan, kanker serviks merupakan keganasan yang terjadi pada leher rahim, yang sebagian besar terjadi akibat infeksi HPV. Faktor risiko kanker serviks yang mesti diwaspadai antara lain melakukan hubungan seksual pada usia muda (di bawah 18 tahun), sering bergonta-ganti pasangan seksual, riwayat kanker dalam keluarga, dan infeksi berulang pada alat kelamin.
Yudi mengatakan bahwa luka pada vagina akan memudahkan virus masuk dan menyebabkan infeksi. "Kalau sudah robek atau luka, itu akan susah (pulih), dan menyebabkan virus masuk dengan mudah," katanya.