Anwar Abbas: Putusan MK Larang Nikah Beda Agama Bikin Hidup Tenang

Nikah beda agama lebih besar mudharatnya.

Republika/Thoudy Badai
MUI menyatakan hakim-hakim yang mengesahkan pernikahan beda agama di Pengadilan Negeri (PN) Surabaya bisa diadukan ke Komisi Yudisial (KY).
Rep: Mabruroh Red: Erdy Nasrul

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Mahkamah Konstitusi (MK) pada Selasa (31/1/2023) telah memutuskan, menolak gugatan terkait nikah beda agama dan MK menyatakan sikapnya tetap berpegang kepada ketentuan yang telah diatur dalam UU Perkawinan. Pengamat Sosial Ekonomi dan Keagamaan, Anwar Abbas, mengapresiasi keputusan tegas MK dalam menjaga UU perkawinan.

Baca Juga


“Keputusan ini tentu jelas menggembirakan karena telah memberikan kepastian hukum, sehingga masyarakat luas bisa hidup tenang dan bertindak sesuai dengan ketentuan yang ada. Karena kalau nikah beda agama ini ditoleransi, akan menimbulkan dampak negatif yang besar,” ujar Buya Anwar dalam siaran persnya, Rabu (1/2/2023).

Dampak negatif

Dampak negatif pertama, bagi yang melakukan nikah beda agama hal ini tentu jelas merupakan penentangan terhadap Tuhan dan ketentuan agama yang ada, hal itu tentu jelas tidak baik bagi yang bersangkutan.

Kedua bagi anak. Orang tua yang nikah beda agama akan menyebabkan keturunannya tidak jelas nasabnya, karena pernikahan tersebut dalam Islam tidak sah, sehingga nasab anaknya akan terputus dengan ayah kandungnya.

Ketiga, jika anaknya perempuan dan ayah kandungnya tidak beragama Islam, tentu ayahnya tidak bisa menjadi wali bagi anaknya yang beragama Islam. Jika ayahnya tetap memaksakan diri untuk menjadi wali nikah, pernikahan anaknya tersebut jelas tidak sah, dan jika mereka berhubungan badan, berarti mereka telah melakukan perzinaan.

Keempat, hilangnya hak waris-mewarisi di antara anak dan orang tua sebab ketidaksamaan agama telah menjadi penghalang bagi ditegakkannya ketentuan tentang hak waris mewarisi dalam Islam. Jika hal ini tidak bisa diatasi, tentu tidak mustahil akan bisa memicu terjadinya konflik dan persoalan besar dalam keluarga. 

Kelima, nikah beda agama akan bisa membuat anak mengalami kebingungan dan konflik batin, apakah akan mengikuti agama ayahnya atau agama ibu. Hal ini tentu tidak mustahil akan bisa membuat anak menjadi tidak lagi peduli terhadap agama.

Keenam, bagi orang tua kehadiran anak yang berbeda agama dan keyakinan dengannya, tentu akan membuat hatinya tidak tenang karena anaknya tumbuh dan berkembang, tidak sesuai dengan keimanan dan keyakinan yang diinginkannya.

Jadi, kesimpulannya, nikah beda agama lebih besar mudharatnya daripada manfaatnya. "Tidak hanya bagi dirinya, tetapi juga bagi anak dan keluarganya,” ujar Buya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler