Ketua Komisi III Dukung Satgas TPPU: Kita Tuntaskan!

Anggota Komisi III permasalahkan anggota satgas yang berasal dari lembaga bermasalah

Republika/Prayogi.
Menko Polhukam Mahfud Md berjabat tangan dengan Ketua Komisi III DPR RI Bambang Wuryanto sebelum mengikuti Rapat kerja dengan Komisi III DPR. Ketua Komisi III DPR Bambang Wuryanto mendukung langkah pemerintah mengusut transaksi mencurigakan sebesar Rp 349 triliun di lingkungan Kementerian Keuangan (Kemenkeu). Termasuk langkah Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam) Mahfud MD membentuk satuan tugas (Satgas) tindak pidana pencucian uang (TPPU).
Rep: Nawir Arsyad Akbar Red: Ichsan Emrald Alamsyah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Komisi III DPR Bambang Wuryanto mendukung langkah pemerintah mengusut transaksi mencurigakan sebesar Rp 349 triliun di lingkungan Kementerian Keuangan (Kemenkeu). Termasuk langkah Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam) Mahfud MD membentuk satuan tugas (Satgas) tindak pidana pencucian uang (TPPU).

Baca Juga


"Kita selalu minta Satgas bersama PPATK melaporkan progresnya sampai 300 laporannya selesai. Cocok to? tuntas. Kita tuntaskan itu, jadi Satgas itu monggo silakan Pak Komite membentuk (Satgas)," ujar Bambang dalam rapat dengar pendapat umum (RDPU) dengan Mahfud, Selasa (11/4).

Menurutnya, Komisi III telah mendengar penjelasan dari Mahfud dan juga Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani terkait transaksi mencurigakan sebesar Rp 349 triliun. Sekarang, tinggal tugas Satgas TPPU untuk menyelesaikannya.

"Jadi progresnya ingin kita lihat. Laporan ke sekian sudah selesai, followup Kemenkeu seperti ini, selesai semua itu nanti. Dengan demikian tidak ada dusta di antara kita," ujar Bambang.

Sementara itu, Anggota Komisi III Benny K Harman juga menyoroti Satgas TPPU bentukan Mahfud itu. Sebab, anggota Satgas tersebut berisikan anggota Komite TPPU yang sudah lama terbentuk.

Satgas tersebut diketahui melibatkan PPATK, Ditjen Pajak, Ditjen Bea dan Cukai, Bareskrim Polri, Pidsus Kejagung, Bidang Pengawasan OJK, BIN, serta Kemenko Polhukam. Benny menilai sumber masalah kasus ini justru ada pada institusi atau lembaga di dalam Satgas tersebut.

"Sumber masalah ini kan ada di kepabeanan, di perpajakan itu, ada di penegak hukum itu juga, kok mereka lagi jadi anggotanya? ndak masuk di akal saya itu. Bagi saya ini bagian dari agenda untuk close kasus ini secara halus mungkin, tapi ya adalah pertanyaan publik, serius nggak," ujar Benny.

"Kalau bisa satgas independen, tim fact finding, kalau mau. Saya alergi dengan satgas, banyak satgas yang ujung-ujungnya masuk laut semua, jadi kalau sungguh-sungguh pemerintah, bentuklah satgas independen, mengapa? Ya yang sumber masalahnya anggota-anggota bapak tadi," sambungnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler