Bertemu Delegasi Kongres AS, Jokowi Tekankan Komitmen Penanganan Perubahan Iklim

Presiden Jokowi meminta dukungan Kongres AS terkait perpanjangan fasilitas GSP.

AP Photo/Lee Jin-man, Pool
Presiden Joko Widodo (Jokowi) bertemu dengan delegasi Kongres Amerika Serikat di Istana Kepresidenan Jakarta, Rabu (12/4/2023). Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menjelaskan, dalam pertemuan ini, Jokowi menyampaikan mengenai komitmen Indonesia terhadap isu perubahan iklim dan lingkungan.
Rep: Dessy Suciati Saputri Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) bertemu dengan delegasi Kongres Amerika Serikat di Istana Kepresidenan Jakarta, Rabu (12/4/2023). Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menjelaskan, dalam pertemuan ini, Jokowi menyampaikan mengenai komitmen Indonesia terhadap isu perubahan iklim dan lingkungan.

Baca Juga


Retno mengatakan, isu ini menjadi perhatian delegasi Kongres AS. Karena itu, Presiden menyampaikan sejumlah hal yang telah dicapai pemerintah, salah satunya yakni menurunnya kebakaran hutan dan lahan di Indonesia.

"Makanya bapak bicara dan bapak bicara dengan data untuk menunjukkan bahwa kita telah achieve of things di bidang climate change termasuk environment, termasuk untuk mengurangi kebakaran hutan yang menurun lebih dari 80 persen," jelas Retno di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (12/4/2023).

Selain itu, Presiden juga meminta dukungan Kongres AS terkait perpanjangan fasilitas Generalized System of Preferences (GSP) dari Amerika Serikat. Ia juga menekankan pentingnya isu akses pasar bagi negara berkembang seperti Indonesia. 

"Bapak Presiden menyampaikan bahwa isu market access ini sangat penting kalau kita bicara kerja sama dengan negara berkembang seperti Indonesia," kata Retno.

Kepada Delegasi Kongres AS, Jokowi juga menyampaikan keinginan Indonesia agar bisa menjadi bagian dari rantai pasok dunia dan Amerika Serikat. Jokowi juga menyinggung mengenai kesiapan kerja sama transisi energi melalui Just Energy Transition Partnership (JETP).

"Jadi JET-P ini sudah ada uang yang sudah ada 20 billion dollar AS, sekarang tinggal bagaimana dengan uang yang tersedia itu kita mengimplementasikannya untuk mendukung transisi energi," jelas Retno.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler