Wisuda Anak Sekolah, Psikolog: Tak Ada Satu Titik Tertentu yang Perlu Dibikin Seheboh Itu

Wisuda sekolah hanyalah cara mengapresiasi tahapan itu sudah selesai.

Dok SBBI
KB-TK Bosowa Bina Insani mewisuda angkatan ke-29 tahun pelajaran 2018/2019. Wisuda hanyalah cara mengapresiasi tahapan pendidikan yang sudah terlewati.
Rep: Santi Sopia Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Untuk menandai kelulusan siswanya, biasanya sekolah mengadakan acara perpisahaan atau yang diistilahkan sebagai "wisuda". Namun, belakangan, wisuda TK, SD, SMP, hingga SMA tampak lebih meriah dengan aturan dress code hingga menghadirkan penyanyi berbayaran mahal.

Menurut psikolog Rose Mini, wisuda merupakan momen penyelenggara pendidikan maupun orang tua menandai tahapan sekolah yang sudah selesai. Menurut paikolog yang akrab disapa Bunda Romy itu, sebetulnya untuk jenjang TK, SD, SMP, dan SMA belum terlalu perlu wisuda terlalu meriah, tetapi hanya untuk penanda saja.

"Para guru dan orang tua anak kerap ingin lebih heboh menandai momen kelulusan anak makanya mengadakan wisuda, sebetulnya nggak ada satu titik tertentu yang perlu dibikin seheboh ini," kata Bunda Romy saat dihubungi Republika.co.id, Kamis (15/6/2023).

Bunda Romy mengatakan prosesi wisuda sebagai penanda pencapaian anak melewati fase sekolah dan kelulusan. Di sisi lain, saat ini anak juga menghadapi metode baru. Dibandingkan zaman dulu, anak tak dihadapkan dengan lulus dan tidak lulus atau naik atau tidak naik kelas.

"Biasanya, dulu ada nggak lulus, nggak naik kelas dan sekarang tidak ada," kata dia.

Bunda Romy melihat bahwa setiap sekolah tentu memiliki siswa dengan kelas ekonomi yang berbeda. Jadi prosesi wisuda tidak semua sama rata dalam perayaannya.

Ada sekolah degan siswa yang memakai baju bertema kebaya untuk putri dan jas untuk laki-laki. Tetapi ada pula siswa di sekolah biasa, yang hanya memakai baju dengan selempang, misalnya. Jadi faktor sosial dan ekonomi juga menentukan perbedaan perayaan wisuda sekolah.

"Hanya saja, kadung ada pelepasan anak TK yang dipakaikan toga, sebenarnya nggak perlu, ini hanya cara orang mengapresiasi tahapan itu sudah selesai," ujar Bunda Romy.

Baca Juga


Jika dilihat lagi, wisuda yang heboh sejatinya bukan suatu keharusan, tidak perlu memaksakan atau seperti memberi label wajib. Mestinya terserah atau kembali lagi kepada kemampuan orang tua maupun sekolah.

Ada kalanya, dari tahun ke tahun, keinginan orang tua maupun murid dalam menggelar prosesi wisuda itu tidak sama. Jadi itu perlu dibicarakan bersama guru.

"Bisa koordinasi, sehingga tidak hanya pihak sekolah yang menentukan," kata Bunda Romy.

Bentuk perayaan kelulusan juga tak mesti formal. Acaranya bisa disesuaikan dengan aspirasi orang tua dan siswa.

"Orang tua murid akan ikut andil, ada juga yang cuma lucu-lucuan, pakaiannya misalnya kayak mau ke pantai atau apa beda-beda, nggak selalu harus kebaya, jas, long dress," kata dia.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler