Meski Berat, Antam Dukung Pelarangan Ekspor Bauksit

Pelarangan ekspor akan berdampak positif untuk Indonesia dan Antam.

Republika/Muhammad Nursyamsi
Direktur Utama Antam Nicolas Kanter (kedua dari kiri), Direktur Pengembangan Usaha Antam I Dewa Bagus Wirantayai (kedua dari kanan), dan Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Antam Elisabeth Siahaan (kiri) saat RUPST Antam tahun buku 2022 di Hotel Borobudur, Jakarta, Kamis (15/6/2023).
Rep: Muhammad Nursyamsi Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Utama PT Aneka Tambang (Antam) Nicolas Kanter mengatakan perusahaan mendukung kebijakan pelarangan ekspor bauksit, meski akan berdampak pada kinerja Antam. Niko mencontohkan kebijakan larangan nikel dengan adanya beberapa pengecualian yang membuat kebijakan itu tidak bisa diterapkan secara holistik.

Baca Juga


"Dampaknya terlambatnya perkembangan smelter-smelter, khususnya buat Antam sendiri. Oleh karena itu, kami akan mendukung sepenuhnya kebijakan yang digariskan oleh Kementerian ESDM," ujar Niko dalam RUPST Antam di Hotel Borobudur, Jakarta, Kamis (15/6/2023).

Meski terdapat dampak jangka pendek, Niko melihat pelarangan ekspor akan berdampak positif untuk Indonesia dan Antam untuk jangka panjang. Antam, lanjut Niko, telah menyiapkan sejumlah alternatif seperti kerja dengan Aluminum Corporation of China Ltd (Chalco).

Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Antam Elisabeth Siahaan menyampaikan pelarangan ekspor bauksit tidak akan berdampak signifikan bagi pendapatan perusahaan pada 2023. Elisabeth mengatakan kontribusi bauksit selama ini masih relatif kecil dari sisi pendapatan yakni di bawah tiga persen. Elisabeth menyebut emas, nikel, dan feronikel masih menjadi kontributor utama bagi pendapatan perusahaan.

"Dengan demikian ini merupakan komoditi masa depan tapi pada saat ini tidak ekspor tidak terlalu berpengaruh terhadap kinerja perusahaan secara menyeluruh di 2023," ucap Elisabeth. 

(Antam melakukan langkah antisipatif terkait....)

 

Direktur Pengembangan Usaha I Dewa Bagus Wirantaya mengatakan Antam melakukan langkah antisipatif terkait kebijakan pelarangan ekspor bauksit. Pertama dengan memperkuat untuk konsumsi pasar domestik dan kontrak jangka panjang dengan Borneo Alumina Indonesia.

"Sehingga kapasitas produksi kita yang 2 juta ton per tahun ditargetkan pada 2023 ini tetap bisa kita optimalkan," ujar Elisabeth. 

Dewa menyebut program hilirisasi sejalan dengan rencana pengembangan bisnis yang ada di Antam dengan harapan dapat memberikan nilai tambah bagi perusahaan dan negara. Selain itu, ucap Dewa, Antam juga terus menjajaki rencana kerja sama membangun pabrik pengolahan (smelter) dengan Chalco.

"Mudah-mudahan ini bisa kita realisasikan sehingga bauksit kita bisa benar-benar memberikan nilai tambah melalui semangat hilirisasi," kata Dewa.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler