Menilai Sikap AS, Beri Bantuan Militer ke Israel Tapi ke Saudi Bicarakan Deeskalasi Gaza

Pernyataan Menlu AS bertentangan ketika bertemu Israel dan negara Arab

AP Photo/Jacquelyn Martin
Pernyataan Menlu AS, Antony Blinken ini bertentangan ketika bertemu PM Israel dan Putra Mahkota Kerajaan Arab Saudi
Rep: Amri Amrullah Red: Esthi Maharani

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Desakan penghentian serangan di Gaza oleh berbagai pihak, termasuk PBB tak diindahkan Israel. Desakan keras untuk menghentikan serangan, akan didengar Israel kemungkinan hanya dari Amerika Serikat (AS). Namun sayang sikap AS sampai saat ini masih mendukung Israel.

Sejak awal AS telah mendukung Israel melakukan pembalasan terhadap serangan kejut oleh kelompok Pejuang Hamas. Hal itu ditunjukkan dengan pengiriman bantuan militer mulai dari armada tempur, kapal induk hingga dana militer. Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken telah memperjelas dukungannya kepada Israel.

Hal itu disampaikan Blinken kepada wartawan Aljazirah di Kairo, Ahad (15/10/2023), usai ia berkunjung ke Riyadh, Arab Saudi. "Saya telah menghabiskan waktu dengan Perdana Menteri Netanyahu untuk membahas kebutuhan yang mungkin diperlukan Israel untuk memastikan mereka dapat secara efektif mempertahankan diri. Anda telah melihat banyak bantuan itu datang. Itu (bantuan) adalah hal yang akan terus berlanjut," kata Menlu AS.

Namun, pernyataan Blinken ini sungguh bertentangan ketika ia bertemu dengan Putra Mahkota Kerajaan Arab Saudi, Mohammed bin Salman, di hari yang sama, di Riyadh Ahad (15/10/2023). Pertemuan keduanya dengan agenda membahas deeskalasi militer saat ini di Gaza oleh Israel.

Dalam pertemuan Blinken dengan Mohammed bin Salman tersebut, putra mahkota menekankan perlunya mendiskusikan cara-cara untuk menghentikan operasi militer yang merenggut nyawa orang-orang tak berdosa. Dia menegaskan bahwa Kerajaan Saudi berusaha untuk meredakan ketegangan yang terjadi.

"Perlu menghentikan eskalasi saat ini, menghormati hukum humaniter internasional, mencabut pengepungan di Gaza, dan bekerja untuk menciptakan kondisi untuk kembalinya stabilitas," ujar Mohammed bin Salman.

Putra mahkota mengatakan bahwa Arab Saudi menyerukan resolusi damai untuk memastikan bahwa rakyat Palestina mendapatkan hak-hak mereka yang sah dan mencapai perdamaian yang adil dan abadi. Kerajaan Saudi mengutuk serangan militer Israel yang menargetkan warga sipil atau mengganggu infrastruktur dan kepentingan vital, tambahnya.

Mohammed bin Salman juga menekankan perlunya mencari cara untuk menghentikan konflik, dan menghormati hukum internasional, termasuk dengan mencabut blokade Israel atas Gaza. Menanggapi pernyataan Mohammed bin Salman, AS menilai pembicaraan ini 'sangat produktif' untuk menekankan perlunya menurunkan ketegangan di Gaza.

Pertemuan tersebut dihadiri oleh Putri Reema binti Bandar bin Sultan, duta besar Arab Saudi untuk AS, dan Pangeran Faisal bin Farhan, menteri luar negeri. Turut hadir dalam pertemuan tersebut Duta Besar AS untuk Kerajaan Saudi Michael Ratney, Penasihat Departemen Luar Negeri AS Dirk Schulet, Asisten Menlu AS untuk urusan Timur Tengah Barbara Leaf dan Wakil AS yang bertanggung jawab atas kebijakan di Departemen Luar Negeri Tom Sullivan.

AS klaim berusaha mencegah meluasnya perang

Baca Juga


Blinken mengklaim diplomasi internasional yang dilakukan AS, telah difokuskan untuk mencegah meluasnya perang- khususnya ke Lebanon. Amerika Serikat secara khusus telah mencoba untuk mencegah Iran, yang mendukung Hamas dan kelompok Hizbullah Lebanon. Hizbullah dan Israel telah saling bertukar tembakan di perbatasan selama seminggu terakhir.

Blinken mengatakan bahwa Amerika Serikat telah menegaskan bahwa aktor-aktor negara dan non-negara tidak boleh mengambil keuntungan dari situasi ini. "Kami telah mendukung kata-kata itu dengan tindakan nyata, termasuk pengerahan dua kelompok tempur kapal induk terbesar kami ke wilayah tersebut. Itu tidak dimaksudkan sebagai provokasi, itu dimaksudkan sebagai pencegah," katanya.

Blinken mengatakan di Kairo bahwa penyeberangan Rafah antara Mesir dan Gaza akan dibuka kembali. "Tidak seorang pun boleh melakukan apa pun yang dapat menambah bahan bakar ke dalam api di tempat lain," tambah Blinken.

Sebelum berangkat ke Kairo, Blinken menggambarkan pembicaraannya dengan putra mahkota Saudi, yang dianggap salah satu pemimpin paling kuat di kawasan itu, sebagai "sangat produktif." Seorang pejabat AS mengatakan bahwa pertemuan itu berlangsung kurang dari satu jam.

"Kami sekarang sangat aktif terlibat dengan negara-negara di kawasan ini, dengan PBB dan Israel, untuk memastikan sebaik mungkin bahwa orang-orang dapat keluar dari bahaya dan bahwa bantuan yang mereka butuhkan, makanan dan air serta obat-obatan, dapat masuk," katanya.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler