Teknik Baru Olah Limbah Popok Bayi Ditemukan, Lebih Cepat 200 Kali Lipat dan Murah
Popok bayi merupakan limbah yang sangat berbahaya bagi lingkungan.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Popok bayi menjadi salah satu jenis sampah yang belum tertangani dengan baik. Di Jerman misalnya, lebih dari 100 ribu ton popok dibuang setiap tahun. Popok tersebut sering kali terdiri atas polimer khusus, yakni super absorbent polymer (SAP) yang bisa berbahaya bagi lingkungan.
Berawal dari keresahan tersebut, para peneliti dari Karlsruhe Institute of Technology (KIT) akhirnya menemukan cara baru untuk meningkatkan proses daur ulang popok yang kompleks. Mereka menggunakan radiasi UV untuk mendegradasi rantai kimia yang menyatukan polimer.
Menurut peneliti, temuan yang dipublikasikan dalam ACS (Applied Materials and Surfaces) tersebut tidak membutuhkan bahan kimia. Daur ulang menggunakan radiasi ini juga diklaim lebih cepat 200 kali lipat daripada daur ulang konvensional. Untuk penelitian ini, para peneliti memotong lapisan popok konvensional, kemudian dibasahi dengan air dan memaparkannya ke lampu 1000 Watt. Setelah lima menit, bahan padat tersebut berubah menjadi cairan yang akan jatuh ke dalam collector.
"Metode dengan sinar UV ini sekitar 200 kali lebih cepat dibandingkan dengan metode acid. Karena metode acid membutuhkan waktu sekitar 16 jam dan prosesnya rumit serta mahal,” kata Profesor Kimia di KIT, Pavel Levkin, seperti dilansir Eurasia, Kamis (26/10/2023).
Tim kemudian menggunakan proses yang telah diketahui untuk mengubah cairan tersebut menjadi perekat dan pewarna baru. "Pengamatan bahwa zat tersebut dapat larut dan dapat diproses sangat penting. Kemungkinan besar, zat tersebut dapat diubah menjadi banyak produk lain," jelas ilmuwan tersebut.
Untuk pengujian ini, para peneliti menggunakan popok bersih dan belum dipakai. Tapi tidak menutup kemungkinan untuk memisahkan superabsorbers dari popok bekas.
Oleh karena itu, kata Levkin, tidak ada alasan mengapa penggunaan yang mendekati kenyataan tidak dapat dilakukan. Metode daur ulang dapat dioptimalkan secara ekologis tanpa biaya besar dengan menggunakan tenaga surya.
"Kami telah menemukan strategi yang menjanjikan untuk mendaur ulang penyerap super. Hal ini akan secara signifikan mengurangi pencemaran lingkungan dan berkontribusi pada penggunaan polimer yang lebih berkelanjutan,” kata Levkin.