Tiga Kejanggalan Jembatan Kaca Pecah the Geong di Banyumas

Ketebalan kaca diketahui sangat tipis hanya 1,2 sentimenter.

Dok. Istimewa
Tangkapan layar peristiwa Jembatan Kaca The Geong di Baturraden pecah dan menewaskan satu wisatawan.
Rep: Alkhaledi Kurnialam Red: Teguh Firmansyah

REPUBLIKA.CO.ID, BANYUMAS– Kasus insiden jembatan kaca pecah di Kecamatan Sumbang, Banyumas, menuai sorotan publik. Bukan hanya menimbukan korban jiwa, melainkan juga perhatian terhadap standar keamanan destinasi wisata the Geong itu. 

Baca Juga


Sejumlah kejanggalan pun ditemukan oleh polisi. Dari mulai ketebalan kaca hingga minimnya standar pengawasan. 

Berikut tiga kejanggalan jembatan kaca pecah the Geong.

1. Ketebalan Kaca

Terungkap bahwa ketebalan kaca hanya 1,2 sentimeter. Padahal standar pijakan kaca semestianya setebeal lima sentimeter. Kerangka pengaman juga tidak memenuhi standar keamanan.  

Kasat Reskrim Polresta Banyumas Kompol Agus Supriadi mengatakan ketebalan kaca yang menjadi pijakan di jembatan tersebut terlalu tipis dan jauh dari standar keamanan. 

"Kita sudah mengecek kaca ataupun besinya, karena kacanya itu tebalnya 1,2 sentimeter, terlalu tipis. Kemudian kerangkanya (besi) juga tidak ada uji kelayakannya," kata Kompol Agus Supriadi kepada Republika.co.id, Kamis (26/10/2023).

 

2. Tidak Ada Perawatan dan SOP

Jembatan kaca The Geong juga tidak pernah dilakukan perawatan khusus oleh pemilik wahana. Polisi juga menemukan bahwa wahana itu tidak pernah dilakukan uji kelayakan.

"Pintu masuk tidak ada papan peringatan, himbauan, larangan bagi pengunjung yang masuk wahana," kata Kasat Reskrim

Dia menjelaskan, pemilik wahana hanya sekali memberikan arahan pada karyawan pada saat pembukaan wahana jembatan kaca. Setelah itu, tidak ada lagi arahan hingga standar operasional prosedur yang dilakukan.

Kasat reskrim juga mengatakan, penjaga pintu masuk wahana atau tiket tidak bahkan mengetahui SOP terkait keamanan dan keselamatan pengunjung saat masuk. Wawasan yang seharusnya dimiliki oleh petugas di destinasi pariwisata sebagai bukti tanggung jawab.

 3.  Tak Ada Jaring Pengaman

 Jembatan kaca itu juga tidak memiliki jaring pengaman bagi pengunjung. Padahal jaring di sekitar atau di bawah jembatan akan menjadi pengaman bagi pengunjung.

 "Jadi tidak ada SOP ini, ada indikasi kelalaian dari pengelola pariwisata. Yang membuat wahana ini jadi bahaya," ujar Kasat Reskrim. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler