Dirjen PHU Sampaikan Dua Pesan Saat Penuhi Undangan Tabung Haji Malaysia
Dirjen PHU akan kolaborasi dengan Malaysia terkait haji.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah (Dirjen PHU) Hilman Latief menghadiri Forum Perdana “Ibadat yang Sahih Asas Kemabruran Haji” di Kuala Lumpur, Malaysia, Selasa (24/10/2023). Dalam kesempatan memenuhi undangan Tabung Haji (TH) Malaysia tersebut, ia menyampaikan dua pesan penting terkait pelaksanaan ibadah haji.
Pesan pertama terkait prinsip istitha'ah pada jamaah haji, khususnya istitha'ah kesehatan. Pada penyelenggaraan ibadah haji tahun ini, ia menyebut ada ribuan jamaah haji Indonesia yang sakit sesampainya di Tanah Suci, yang mana sebagian juga dilaporkan wafat.
Oleh karena itu, Kementerian Agama (Kemenag) Indonesia dalam hal ini Ditjen PHU, disebut sedang mengkaji lebih dalam terkait penerapan istitha'ah kesehatan bagi seluruh jamaah haji. "Pada forum Mudzakarah Perhajian Nasional di Tanah Air, kami sedang membahas istitha'ah kesehatan, bagaimana jamaah nantinya tidak berhak melunasi Biaya Perjalanan Ibadah Haji (Bipih) sebelum melaksanakan tes kesehatan dan dinyatakan layak terbang. Insya Allah tahun depan istitha'ah kesehatan akan menjadi kebijakan yang penting,” ujar Hilman di hadapan para peserta forum, dalam keterangan yang didapat Republika, Kamis (26/10/2023).
Pesan berikutnya yang ia sampaikan adalah bagaimana ibadah haji ini dapat menebar manfaat tidak hanya bagi jamaah itu sendiri, tetapi juga lingkungan sekelilingnya. Hilman kemudian mengutip Alquran surat Al-Hajj Ayat 27-28.
Dalam ayat tersebut disampaukan, "Umumkanlah kepada manusia agar mereka melaksanakan ibadah haji. Maka mereka akan datang dengan berjalan kaki dan juga menggunakan unta-unta yang kurus. Mereka akan datang dari setiap penjuru. Di antara tujuannya adalah agar mereka memperhatikan dan menyaksikan manfaat-manfaat yang akan kembali kepada mereka."
Lihat halaman berikutnya >>>
“Dalam konteks ini, kami ingin menekankan kepada manfaat-manfaat dalam penyelenggaraan ibadah haji sendiri. Manfaat ini berupa spiritualitas dan persaudaraan sesama jamaah haji, serta manfaat lainnya berupa profit (ekonomi) dan juga sosial-kemanusiaan. Ini juga mengindikasikan bahwa pelaksanaan haji adalah ibadah multidimensi,” ucap Hilman.
Tidak hanya itu, pada kesempatan tersebut pria lulusan Universitas Utrecht Belanda ini menyebutkan bahwa jamaah haji di Indonesia memiliki latar belakang yang berbeda-beda. Keberagaman ini menjadi tantangan tersendiri dalam pelaksanaan bimbingan manasik kepada calon jamaah di Tanah Air.
Perbedaan ini juga disebut menjadi pertimbangan dalam mengeluarkan buku untuk manasik. Pihak pemerintah disebut harus menyesuaikan dengan tingkat literasi masing-masing kelompok jamaah, yang mana ada yang dibikin tebal dan ada juga yang tipis. Panduan manasik yang dikeluarkan, lanjutnya, juga mempertimbangkan kelompok orang tua atau jamaah haji lanjut usia (lansia).
Hilman menyebut, hal ini lantas berdampak pada fikih haji ke depannya, bagaimana penerapannya. Perihal inilah disebut sedang didiskusikan oleh Direktorat Pelayanan Haji Luar Negeri, salah satunya tentang bagaimana pelaksanaan mabit di Muzdalifah, bagaimana penggunaan toilet di Armuzna, dan lain-lain.
“Ada banyak aspek yang sedang kami dalami, dalam hal ini kami sebut moderasi manasik haji. Artinya, bagaimana mabrur ini dapat diraih oleh jamaah haji dengan memberikan kemudahan-kemudahan, terutama kepada lansia,” lanjut dia.
Forum yang diselenggarakan secara hybrid (luring dan daring) ini merupakan salah satu rangkaian dari Sempena Muzakarah Haji Peringkat Kebangsaan Kali ke-40 Musim Haji 1445H oleh Lembaga Tabung Haji (TH) Malaysia. Kegiatan ini terselenggara dengan kerja sama antara TH Malaysia dan Jabatan Kemajuan Islam Malaysia (LTH-JAKIM).
Hadir sebagai panelis bersama Dirjen PHU adalah Mufti Wilayah Persekutuan Datuk Hj. Luqman Abdullah, serta Penasehat Dewan Pusat Islam Thailand Muhammad Amin Chenu. “Dengan forum ini, kami harap dapat saling bertukar pikiran dan berbagi pengalaman terkait isu-isu haji dengan rekan-rekan dari negara serumpun, yakni Indonesia dan Thailand,” ucap Datuk Hj. Luqman Abdullah.