Apakah Amal Baik Orang Kafir Diterima Allah? (Bagian 1)
Pondasi amal kebaikan itu adalah iman.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pondasi amal kebaikan itu adalah iman. Kendati seseorang melakukan amal kebaikan tetapi tidak beriman kepada Allah SWT, maka amal kebaikan itu tidak tercatat pahala dan tidak akan menyelamatkannya di akhirat. Sebagaimana firman Allah:
اَلَّذِيْنَ كَفَرُوْا وَصَدُّوْا عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ اَضَلَّ اَعْمَالَهُمْ . وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَاٰمَنُوْا بِمَا نُزِّلَ عَلٰى مُحَمَّدٍ وَّهُوَ الْحَقُّ مِنْ رَّبِّهِمْ ۚ كَفَّرَ عَنْهُمْ سَيِّاٰتِهِمْ وَاَصْلَحَ بَالَهُمْ .
Artinya: Orang-orang yang kufur dan menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah, Dia akan menggugurkan amal-amal mereka (1). Orang-orang yang beriman, beramal saleh, dan beriman pada apa yang diturunkan kepada (Nabi) Muhammad bahwa ia merupakan kebenaran dari Tuhan mereka, Allah menghapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan memperbaiki keadaannya (2). (Alquran surat Muhammad 1-2).
Menurut Ibnu ‘Abbas, ayat pertama diturunkan berhubungan dengan orang-orang yang memberi makan tentara musyrik Makkah pada waktu Perang Badar. Mereka ada dua belas orang, yaitu Abu Jahal, al-Haris bin Hisyam, ‘Utbah bin Rabi'ah, Syaibah bin Rabi‘ah, Ubay bin Khalaf, Umayyah bin Khalaf, Munabbih bin al-Ḥajjaj, Nubaih bin al-Hajjaj, Abu al-Bukhturi bin Hisyam, Zam‘ah bin al-Aswad, Hakim bin Hazam, dan al-Haris bin ‘Amir bin Naufal.
Mereka semua mempunyai amal kebajikan pada masa Arab Jahiliyah, seperti menyediakan minuman jamaah haji, memberi makan para tamu yang datang ke Masjidil Haram, melindungi dan menjaga hak tetangga, dan sebagainya. Semua amal mereka dibatalkan pahalanya oleh Allah, seakan-akan mereka tidak pernah berbuat apa pun karena dasar diterimanya suatu perbuatan adalah iman kepada Allah dan Nabi Muhammad.
Sedangkan ayat kedua diturunkan berhubungan dengan orang Ansar di Madinah. Mereka beriman kepada Allah dan Nabi Muhammad, membantu orang-orang Muhajirin yang baru datang dari Makkah hijrah bersama Nabi Muhammad, dan mengikuti perintah dan menjauhi larangan Allah.
Dalam tafsir tahlili Lajnah Pentashihan Mushaf Alquran Kementerian Agama RI dijelaskan bahwa dalam ayat di atas, Allah membagi manusia menjadi dua golongan. Pertama, golongan kafir, yaitu orang-orang yang mengingkari kekuasaan dan keesaan Allah, menyembah tuhan-tuhan yang lain selain Dia, menghalangi manusia beribadah kepada-Nya, beribadah kepadaNya menurut pendapat dan keinginan sendiri, mencela dan menghalangi manusia beriman kepada Allah dan kepada Nabi Muhammad.
Seluruh perbuatan golongan ini...
Seluruh perbuatan golongan ini tidak mengikuti petunjuk-petunjuk Allah yang termuat di dalam Alquran dan hadis Rasul-Nya, tetapi mengikuti keinginan sendiri dan mengikuti petunjuk setan. Semua perbuatan yang berdasarkan perbuatan setan tidak ada artinya di sisi Allah walaupun perbuatan itu baik bagi manusia dan kemanusiaan.
Perbuatan itu seolah-olah buih yang timbul di permukaan air, kemudian hilang tanpa bekas sedikit pun. Oleh karena itu, semua amal dan perbuatan yang dikerjakan oleh orang-orang musyrik tidak ada arti dan pahalanya di sisi Allah di akhirat nanti.
Mereka hanya mendapat balasan di dunia yang diperoleh dari manusia, walaupun bentuk amal dan perbuatan itu seperti budi pekerti yang mulia, berhubungan dengan orang lain (silaturrahim), memberi makan orang miskin, memelihara anak yatim, membuat usaha-usaha kemanusiaan, serta memelihara dan mendirikan masjid. Pekerjaan seperti ini adalah pekerjaan yang pernah dikerjakan oleh orang-orang musyrik Makkah, seperti memakmurkan Masjid Haram, melindungi orang-orang yang memerlukan perlindungan, membantu orang-orang yang mengerjakan ṭawaf dan sebagainya.
Allah berfirman:
وَقَدِمْنَآ اِلٰى مَا عَمِلُوْا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنٰهُ هَبَاۤءً مَّنْثُوْرًا
Artinya: Dan Kami akan perlihatkan segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami akan jadikan amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan. (al-Furqan ayat 23)
Kedua, golongan mukmin. Yaitu orang-orang yang mengakui keesaan Allah, taat hanya kepada-Nya saja, beribadah sesuai dengan petunjuk Allah, tidak menurut kemauan sendiri dan menjauhi larangan-Nya, beriman kepada Alquran yang dibawa Nabi Muhammad, dan membantu manusia melaksanakan ibadah kepada-Nya. Ini adalah golongan yang diridhai Allah.
Bersambung...