MUI Minta Khatib Gencarkan Khutbah Soal Palestina
Khutbah soal Palestina harus terus digaungkan hingga kemerdekaan tercapai.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Majelis Ulama Indonesia (MUI) meminta juru dakwah atau khatib menggencarkan khutbah kepada jamaah tentang peristiwa Palestina untuk membangun empati dan solidaritas umat Islam.
"Maka pesan ini harus disampaikan agar muncul sensitivitas, muncul solidaritas, dan juga muncul perasaan saling memiliki ketika saudara-saudara kita di Palestina dalam situasi duka dan kita mengalami duka yang sama," kata Ketua MUI bidang Fatwa Asrorun Niam Sholeh usai menyampaikan fatwa MUI, di Jakarta, Jumat (10/11/2023).
Dia mengatakan pesan dakwah juga harus disampaikan kepada anak-anak untuk mengetahui peristiwa apa yang sebenarnya terjadi dan seberapa penting sejarah Palestina bagi umat Islam.
"Kita juga harus menceritakan kepada anak, cucu bahwa di Palestina ada tempat suci Masjid Al Aqsa yang harus dilindungi karena dia menjadi salah satu dari tiga masjid yang disucikan," kata dia.
Ia juga mengatakan khutbah soal Palestina harus terus digaungkan hingga kemerdekaan Palestina tercapai. Untuk itu, komitmen mengenai kemerdekaan Palestina harus terus di dukung umat Islam di Tanah Air.
"Iya, membangun satu komitmen mengenai perjuangan kemerdekaan dan dukungan kita tanpa syarat terhadap kemerdekaan Palestina," ujarnya.
Adapun Israel tengah melancarkan serangan udara dan darat bertubi-tubi ke Jalur Gaza sejak Hamas menyerang Israel pada 7 Oktober. Sebanyak 10.569 warga Palestina tewas, termasuk 4.324 anak-anak dan 2.823 perempuan, sementara korban tewas di pihak Israel mencapai 1.600 jiwa.
Sementara itu, persediaan bahan pokok semakin menipis bagi 2,3 juta penduduk Gaza akibat blokade Israel, selain tingginya korban jiwa, pengungsian besar-besaran dan ribuan bangunan hancur.
Berbagai rumah sakit di Gaza sudah kesulitan merawat para korban operasi militer Israel yang telah berlangsung selama sebulan untuk melenyapkan Hamas. Berbagai rumah sakit tersebut mengaku kehabisan pasokan medis, air bersih dan bahan bakar.
Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan 18 dari 35 rumah sakit di Gaza dan 40 pusat kesehatan lainnya tidak dapat beroperasi karena rusak dibom atau kekurangan bahan bakar.