3 Amalan Hati Penopang Ibadah dan Dzikir
Hati akan merasa tenang karena ibadah dan dzikir.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengasuh pesantren Tunas Ilmu Purbalingga sekaligus dosen Sekolah Tinggi Dirasat Islamiyyah Imam Syafi'i Jember, Ustaz Abdullah Zaen Lc.,MA mengatakan, beribadah dan berdzikir itu bukan sekedar rutinitas lahiriah belaka, namun juga perlu ditopang dengan amalan hati.
"Para ulama menyebutkan bahwa, sekurang-kurangnya ada tiga jenis amalan hati yang harus disuntikkan seorang hamba ke dalam setiap ibadahnya, supaya lebih berbobot dan bermakna," kata Ustadz Abdullah dalam pesan Telegram.
Tiga jenis amalan hati adalah:
1. Rasa cinta kepada Allah ta’ala.
2. Perasaan takut kepada-Nya
3. Rasa harap kepada-Nya.
"Kita mencintai Allah; karena limpahan nikmat-Nya yang tak terhitung dan tidak ada hentinya. Kita merasa takut kepada-Nya; sebab siksaan-Nya amatlah pedih. Sedang kita menggantungkan harapan kepada-Nya; dikarenakan karunia dan kasih sayang-Nya amatlah luas," kata Ustadz Abdullah.
Tiga pondasi tersebut telah Allah ta’ala gabungkan dalam suatu ayat yang menceritakan karakter kaum mukminin,
"أُولَئِكَ الَّذِينَ يَدْعُونَ يَبْتَغُونَ إِلَى رَبِّهِمُ الْوَسِيلَةَ أَيُّهُمْ أَقْرَبُ وَيَرْجُونَ رَحْمَتَهُ وَيَخَافُونَ عَذَابَهُ"
Artinya: “Orang-orang yang mereka seru itu, mencari jalan yang mendekatkan diri kepada Allah, siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah). Mereka mengharap rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya”. (QS. Al-Isra’ ayat 57).
Ustadz Abdullah mengatakan, Jalan yang mendekatkan diri kepada Allah adalah hal-hal yang dicintai-Nya. Kemudian disebutkan karakter berikutnya: rasa harap dan rasa takut kepada Allah. Seorang insan perlu untuk menghadirkan tiga kekuatan tersebut dalam setiap ibadah yang dilakukannya. Jangan sampai hanya mengandalkan salah satunya, lalu meninggalkan yang lainnya. Misalnya hanya melandasi ibadah dengan rasa takut semata, dan mengabaikan rasa cinta dan harap. Atau sebaliknya. Ini adalah praktek yang keliru.
Namun, dari tiga amalan hati ini, yang paling agung adalah rasa cinta kepada Allah ta’ala. Sebab cinta terhadap Allah merupakan inti dan poros agama Islam.
"Setelah merealisasikan kecintaan kepada Allah, kita perlu mengiringinya dengan rasa takut dan harap kepada-Nya. Jika mengingat dosa yang menumpuk, akan timbul rasa takut akan siksa Allah. Namun jika melihat kemurahan dan kasih sayang-Nya, akan muncul rasa harap terhadap karunia dan ampunan Allah," kata Ustadz Abdullah.
Lihat halaman selanjutnya >>>
Ustadz Abdullah mengatakan, Manakala muslim menjalankan ketaatan, dia berharap Allah berkenan untuk menerimanya dan merasa takut tertolak karena di sana sini masih banyak kekurangan. Sebaliknya ketika terjerumus ke dalam kemaksiatan, maka dia berharap Allah berkenan untuk mengampuni dosa-dosa tersebut, namun juga merasa takut dihukum karena kekurangseriusan kita dalam bertaubat.
Di saat mendapat karunia nikmat, manusia berharap Allah berkenan melanggengkan dan menambah nikmat tersebut serta mengaruniakan taufik agar kita mensyukurinya. Namun juga merasa takut nikmat tersebut dicabut karena kurang mensyukurinya.
Sebaliknya manakala ditimpa musibah, muslim berharap Allah berkenan segera mengakhirinya dan memberi pahala atas kesabaran dalam menghadapinya. Namun juga merasa takut ditimpa dengan kerugian berlipatganda manakala gagal memperoleh pahala musibah karena tidak bersabar.
"Tetapi, jangan sampai perasaan takut mengakibatkan kita berputus asa dari rahmat Allah. Begitu pula jangan sampai dominasi rasa harap mengantarkan kita kepada perasaan aman dari siksa Allah," ucap Ustadz Abdullah.