Butuh 343 Tahun untuk Hilangkan Emisi Karbon dari Perusahaan Minyak Milik Presiden COP28

Pada 2030, perusahaan telah berjanji untuk meningkatkan jumlah karbon yang ditangkap.

EPA-EFE/ALI HAIDER
Perusahaan minyak ADNOC Group, milik Presiden COP28, Sultan Ahmed Al Jaber, diperkirakan melepaskan sekitar 3.430 juta ton karbon dioksida antara tahun 2023-2030, (ilustrasi).
Rep: Gumanti Awaliyah Red: Gita Amanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perusahaan minyak ADNOC Group, milik Presiden COP28, Sultan Ahmed Al Jaber, diperkirakan melepaskan sekitar 3.430 juta ton karbon dioksida antara tahun 2023-2030, termasuk emisi dari produksi dan pembakaran bahan bakar fosil. Hal ini merujuk pada data produksi dari analisis industri Rystad.

Baca Juga


Yang ironis, berdasarkan analisa dari Global Witness, emisi gas rumah kaca tersebut membutuhkan waktu 343 tahun untuk dihilangkan dari atmosfer dengan menggunakan teknologi CCS-CCUS. Ini merupakan teknologi penyerapan karbon dan penyimpanan karbon yang dikembangkan ADNOC Group.

Jonathan Noronha Gant dari Global Witness mengatakan temuan ini membuktikan bahwa teknologi penangkapan karbon yang diunggulkan perusahaan minyak tersebut, tidak dapat berbuat banyak dalam mengatasi krisis iklim.

"Sultan Al Jaber sedang bersiap-siap untuk menjadi pemimpin solusi palsu, dibanjiri oleh para pelobi bahan bakar fosil yang mengumbar janji-janji kosong. Jika Al Jaber serius, kita harus segera menolak solusi palsu CCS (carbon capture storage) dan mengatasi masalah minyak dan gas yang ada secara langsung,” kata Noronha Gant seperti dilansir dari The Guardian, Kamis (16/11/2023)

Pada tahun 2030, perusahaan telah berjanji untuk meningkatkan jumlah karbon yang ditangkapnya menjadi 10 juta ton per tahun-sebuah lompatan besar dari tingkat saat ini. Namun, bahkan jika mencapai target tersebut, perusahaan masih membutuhkan waktu lebih dari 340 tahun untuk menangkap karbon yang dihasilkannya antara saat ini dan tahun 2030.

“Penangkapan karbon adalah hal yang percuma, dan Al Jaber tidak perlu melihat lebih jauh dari perusahaan minyaknya sendiri untuk membuktikannya,” kata Noronha Gant.

Para pegiat kampanye khawatir bahwa Al Jaber akan menggunakan COP28, yang akan dihelat pada 30 November sampai 12 Desember di Uni Emirat Arab, untuk mempromosikan solusi teknis alih-alih mendorong pengurangan produksi dan emisi bahan bakar fosil dalam jumlah besar dan cepat.

“Jika kita serius ingin mengurangi emisi industri, kita harus serius dalam hal teknologi penangkap karbon,” kata Al Jaber pada Mei lalu.

Awal tahun ini, Guardian mengungkapkan Uni Emirat Arab memiliki rencana ekspansi minyak dan gas terbesar ketiga di dunia. Dan seiring semakin cepatnya krisis iklim, dengan tahun 2023 menjadi tahun terpanas dalam sejarah, terdapat kritik yang meluas terhadap UEA sebagai negara tuan rumah COP28 dan Al Jaber sebagai presiden.

Para aktivis iklim telah lama menolak CCS sebagai solusi iklim, dengan alasan bahwa CCS digunakan oleh perusahaan-perusahaan bahan bakar fosil untuk mengklaim bahwa mereka telah “menyucikan diri mereka”, sambil memperluas operasi bahan bakar fosil dan memompa jutaan ton karbon ke atmosfer dengan konsekuensi yang menghancurkan.

Di AS, sebagian besar proyek CCS telah gagal, dan sebuah studi pada tahun 2021 menemukan bahwa bahkan di antara proyek-proyek yang berhasil, 81 persen karbon yang ditangkap sebenarnya digunakan untuk memproduksi lebih banyak bahan bakar fosil, karena dipompa ke bawah tanah untuk memaksa keluarnya minyak dan gas.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler