Cara Terbaik untuk Mengajak Penderita Gangguan Mental Pergi Berobat
Pilih pendekatan yang tepat untuk membantu orang dengan gangguan mental.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota keluarga atau teman ada yang tampaknya mengalami gangguan mental? Pastikan gunakan pendekatan halus untuk mengajaknya berobat.
"Boleh mengajak ke fasilitas kesehatan, tetapi jangan menggunakan kalimat 'berobat ke dokter jiwa', begitu," kata Direktur Rumah Sakit Khusus Daerah Duren Sawit Nikensari Koesrindartia dalam siniar berjudul "Mental Health Issue, Apakah Ini Fenomena Gunung Es? Snack Time Eps. 39" yang ditayangkan di kanal Youtube Puskesmas Kramat Jati, dikutip di Jakarta, Kamis (16/11/2023).
Nikensari mengatakan hal tersebut ketika ditanya tentang cara mengajak teman atau keluarga yang diduga ada gangguan mental tanpa menimbulkan stigma. Menurutnya, ajakan yang terus terang seperti itu justru akan membuat orang yang diduga sakit ini menjadi takut.
Selain itu, Nikensari juga tidak menyarankan cara-cara yang bisa dinilai menakutkan. Misalnya dengan menanyakan ke orang terduga sakit ini apabila mereka melihat makhluk halus di pojok ruangan.
Nikensari menyebut, pendekatan yang digunakan hendaknya tidak berbasis negatif melainkan dengan didasari niat untuk membantu teman atau anggota keluarga tersebut demi kebaikan mereka. Salah satu cara yang dapat diadopsi adalah dengan menanyakan keluhan yang sering dialami kemudian mengajaknya untuk mengecek dan mencari tahu penyebab masalah tersebut.
"Misalnya anggota keluarga kita ada yang mengeluh susah tidur atau enggak fokus atau sering deg-degan," kata Nikensari.
"Jadi ajaklah anggota keluarga kita untuk berkonsultasi dengan tenaga kesehatan dengan kalimat-kalimat yang 'yuk, yuk, kita cari. Kenapa ya, kok susah tidur? Kita konsultasi yuk'," kata dia mencontohkan.
Nikensari juga mengatakan, di Rumah Sakit Khusus Daerah Duren Sawit, ada beberapa klinik khusus, seperti klinik gangguan belajar, klinik adiksi, klinik geriatri (khusus lanjut usia), atau klinik demensia. Menurutnya, klinik-klinik spesifik semacam itu dapat menjadi pintu masuk untuk membicarakan dan mengatasi masalah kesehatan mental.
Nikensari juga mengatakan, untuk pengecekan pun tidak perlu langsung ke rumah sakit. Saat ini, ujarnya, ada puluhan puskesmas (pusat kesehatan masyarakat) di DKI Jakarta yang punya psikolog klinis.
"Nah jadi kalau langkah awal, supaya enggak lari, biasanya kalau diajak ke rumah sakit lari nih. Boleh lho mampir ke puskesmas dulu," kata Nikensari.
Namun, menurut Nikensari, cara membawa untuk berobat bagi setiap orang berbeda. Ada yang membutuhkan bantuan tenaga kesehatan lain atau membutuhkan orang lain, ada yang bisa oleh keluarganya sendiri.
Pada kasus-kasus ekstrem, seperti ketika orang tersebut sudah gelisah, mengamuk, hingga membahayakan orang lain, pihaknya bekerja sama dengan petugas puskesmas dan petugas ketertiban umum untuk membawa ke rumah sakit. Pasien yang sudah seperti itu perlu segara diberikan pertolongan dengan memasukkan ke instalasi gawat darurat (IGD) untuk menjalani rawat inap.