Klarifikasi Arya Wedakarna Soal Frontliner dan Penutup 'Nggak Jelas': Videonya Dipotong

Arya menganggap tidak ada ucapannya yang menyinggung kelompok agama manapun.

ANTARA FOTO/Fikri Yusuf
Penumpang pesawat tiba di Terminal Domestik Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Badung, Bali, Senin (25/12/2023). Pengelola Bandara Bali mencatat telah melayani sebanyak 401.673 orang penumpang atau rata-rata 66.945 penumpang per hari hingga hari keenam Posko angkutan Natal 2023 dan Tahun Baru 2024.
Rep: Mabruroh Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota DPD RI Bali, Arya Wedakarna memberikan klarifikasi atas video viral yang diduga rasis kepada perempuan yang menggunakan penutup kepala. Dalam klarifikasinya, Arya mengaku bahwa video itu telah dipotong oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.

Baca Juga


“Terkait dengan video viral yang beredar di masyarakat, bahwa video yang beredar adalah video yang telah dipotong oleh sejumlah media maupun oleh orang yang tidak bertanggung jawab,” ujar Arya dalam sebuah video unggahan di media sosial pribadinya, dikutip Republika.co.id pada Selasa (2/1/2024).

Arya beralasan, pernyataannya yang berujung viral bermula saat dia menggelar rapat daerah. Ia saat itu sedang memberikan arahan kepada petugas Bea Cukai dan juga pimpinan bea cukai yang hadir.

Dalam arahan tersebut, ia meminta agar putra putri terbaik bangsa dalam hal ini rakyat Bali, agar yang menjadi frontliner yang menyambut langsung para tamu yang mendarat di bandara Ngurah Rai, Bali.  Frontliner merupakan sebuah profesional bidang customer service yang bekerja langsung dengan para pelanggan.

“Saya kira hal ini sangat wajar, siapapun dan di manapun, tetap semangat putra daerah menjadi cita-cita dari semua wakil rakyat,” kata Arya.

Kebetulan, ujar Arya, dalam rapat tersebut ada karyawati Bali yang ikut hadir, lalu ia mencontohkan agar para frontliner ini seperti karyawati tersebut. Yakni, yang mengedepankan budaya Bali yang dijiwai oleh agama Hindu, bahkan jika memungkinkan termasuk juga menggunakan beras suci mereka.

“Dalam memberikan arahan, kami meminta kepada salah seorang karyawan atau karyawati yang kebetulan bersuku Bali yang hadir, untuk dapat lebih mengedepankan ciri-ciri kebudayaan Bali di dalam proses menyambut, Selamat datang atau kritik atau pemeriksaan bea cukai, misalkan kami menyarankan untuk dapat menggunakan beras suci yang biasanya di dapat setelah persembahyangan,” beber Arya.

Dari pernyataannya itu, Arya menganggap tidak ada ucapannya yang menyinggung kelompok agama manapun dan suku apapun. Arya juga menerapkan, bahwa arahannya ini selaras dengan Peraturan Daerah Bali No 2 Tahun 2012. 

“Maka dari itu kami tak ada menyebutkan nama agama apapun, nama suku apapun, dan juga kepercayaan apapun, bahwa hal tersebut sudah selaras dengan peraturan Perda Bali, Nomor 2 Tahun 2012 yakni tentang pariwisata Bali yang berlandaskan kebudayaan dan dijiwai agama hindu,” tuturnya.

 

 

Provinsi Bali sejak....

Arya menjelaskan lebih lanjut, bahwa Provinsi Bali sejak 2012 telah memiliki peraturan bahwa komponen pariwisata bali termasuk airport, pelayanan publik, harus mengikuti aturan peraturan daerah, yang di mana tegas bahwa pariwisata bali adalah pariwisata yang dijiwai budaya agama hindu, seperti Tri Hita Karane, triwarge, dan trikarye.  

“Maka dari itu saya ingin meluruskan dan memberikan wawasan kepada siapapun yang ingin bekerja di Bali khususnya dari instansi negara, untuk dapat menunjukan sikap ramah melayani dan mengayomi kepada tamu-tamu yang datang ke Bali,” kata Arya

 

“Maka dari itu saya menyampaikan klarifikasi, dan juga seandainya jika ada pihak-pihak, komponen bangsa Indonesia yang merasa tersinggung dan keberatan dengan apa yang kami sampaikan, dari lubuk hati yang paling dalam, saya selaku Wakil rakyat Bali di DPD RI memohon maaf dengan tulus. Semoga hal ini dapat memacu siapapun instansi negara khususnya di Republik Indonesia untuk dapat dapat mengedepankan layanan prima ramah-tama sebagai bagian dari budaya leluhur bangsa,” ujar Arya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler