Houthi Minta Staf Asal AS dan Inggris Tinggalkan Yaman dalam Sebulan, PBB Bakal Manut?

Houthi minta warga AS dan Inggris yang kerja buat PBB tinggalkan Yaman dalam sebulan.

AP Photo
Pejuang Houthi menghadiri unjuk rasa dukungan untuk Palestina di Jalur Gaza dan menentang serangan AS di Yaman di luar Sanaa pada Senin, 22 Januari 2024.
Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menanggapi tuntutan Houthi yang meminta agar warga AS dan Inggris yang bekerja untuk PBB dan organisasi kemanusiaannya meninggalkan Yaman dalam sebulan. Juru Bicara Stephane Dujarric mengatakan bahwa badan internasional tersebut telah menerima komunikasi "dari otoritas de facto," yang merujuk pada kelompok Yaman.

"Yang perlu dikatakan adalah bahwa permintaan atau persyaratan apapun agar staf PBB pergi hanya karena kewarganegaraan staf tersebut tidak sejalan dengan kerangka hukum yang berlaku di PBB," kata Dujarric kepada wartawan pada Rabu (25/1/2024).

"Hal itu juga menghambat kemampuan kami untuk melaksanakan mandat untuk membantu seluruh rakyat di Yaman dan kami menyerukan kepada semua pihak berwenang di Yaman untuk memastikan bahwa staf kami dapat terus menjalankan fungsinya atas nama PBB," katanya.

Juru bicara itu mencatat bahwa semua staf PBB bekerja secara tidak memihak dan mengabdi kepada PBB. Beberapa media sebelumnya melaporkan bahwa pihak berwenang di Sanaa memberi tahu koordinator PBB bahwa personel berkewarganegaraan Inggris dan AS memiliki waktu satu bulan untuk meninggalkan negara tersebut.

Baca Juga


Sebuah surat tertanggal 20 Januari dan beredar di media sosial menyatakan bahwa staf tersebut harus bersiap untuk segera pergi setelah batas waktunya lewat. Pemberitahuan akan disampaikan dalam 24 jam melalui surat.

Yaman telah dilanda aksi kekerasan sejak 2014 ketika pemberontak Houthi merebut sebagian besar wilayah negara itu dari Pemerintah Yaman yang didukung Saudi. Namun, konflik tersebut telah mereda lebih dari setahun lalu.

Ketegangan meningkat di Laut Merah di tengah serangan Houthi terhadap kapal-kapal komersial yang diduga memiliki hubungan dengan Israel. Houthi mengatakan bahwa serangan itu adalah untuk menekan Israel agar menghentikan serangan mematikannya ke Jalur Gaza.

Serangan tersebut memicu AS dan Inggris untuk melancarkan serangan udara balasan terhadap sasaran Houthi di dalam Yaman. Laut Merah merupakan salah satu jalur yang paling sering digunakan di dunia untuk pengiriman minyak dan bahan bakar.

sumber : Antara, Anadolu
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler