Perusahaan Pemegang Dana Pensiun Belanda Putuskan Investasi di Sektor Minyak

Sebagian besar bisnis minyak di Belanda dianggap tidak tanggap cepat kurangi emisi.

www.freepik.com
Perusahaan pemegang dana pensiun Belanda yang memimpin pembicaraan iklim dengan Shell (SHEL.L), telah mendivestasikan kepemilikannya di perusahaan-perusahaan minyak dan gas terkemuka di Eropa.
Rep: Gumanti Awaliyah Red: Nora Azizah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perusahaan pemegang dana pensiun Belanda yang memimpin pembicaraan iklim dengan Shell (SHEL.L), telah mendivestasikan kepemilikannya di perusahaan-perusahaan minyak dan gas terkemuka di Eropa, dengan alasan bahwa perusahaan-perusahaan tersebut tidak bergerak cukup cepat untuk mengurangi emisi.

Baca Juga


Dana pensiun Belanda PFZW, yang mengelola sekitar 238 miliar euro pada akhir tahun 2023, mengatakan bahwa mereka telah menjual kepemilikannya di 310 perusahaan minyak dan gas senilai sekitar 2,8 miliar euro, setelah program keterlibatan selama dua tahun.

Perusahaan-perusahaan tersebut termasuk Shell, BP (BP.L) dan TotalEnergies (TTEF.PA) yang telah menetapkan rencana untuk menjadi penghasil emisi karbon nol pada tahun 2050 serta berbagai target dekarbonisasi jangka pendek dan jangka menengah.

"Selama periode ini, dialog dengan perusahaan-perusahaan minyak dan gas diintensifkan secara signifikan untuk mendorong mereka membuat rencana transisi yang dapat diverifikasi yang mendukung tujuan Perjanjian Iklim Paris," kata PFZW dalam sebuah pernyataan.

"Sebagian besar investasi bahan bakar fosil kami sekarang telah dijual, karena perusahaan-perusahaan ini tidak melakukan langkah-langkah yang memadai dalam transisi ke bauran energi yang lebih bersih,” tegas mereka seperti dikutip Reuters, Selasa (13/2/2024).

PFZW, melalui divisi manajemen asetnya PGGM, juga akan mengundurkan diri sebagai salah satu dari dua dana pensiun yang memimpin negosiasi iklim dengan Shell sejak tahun 2022 atas nama kelompok investor Climate Action 100+ (CA100+) yang memiliki aset sebesar 68 triliun dolar AS.

Tahun lalu, Dewan Pensiun Gereja Inggris (Church of England Pensions Board), yang juga telah memimpin pembicaraan iklim dengan Shell, melepaskan kepemilikannya di perusahaan minyak tersebut karena sikap iklimnya.

Menanggapi hal ini, Shell mengatakan bahwa mereka menghargai persepsi masyarakat di Belanda, tetapi keputusan ini tidak ada manfaatnya bagi iklim.

“Keputusan ini tidak akan mengubah penggunaan energi yang sebenarnya dan terus menggambarkan pemahaman yang salah tentang perubahan yang diperlukan untuk sistem energi saat ini,” kata Shell.

Shell mengatakan telah menginvestasikan 5,6 miliar dolar AS pada tahun 2023 untuk bisnis rendah karbon dan energi terbarukan, sekitar 23 persen dari total pengeluaran tahunannya. Angka tersebut meningkat dibandingkan dengan 4,3 miliar dolar AS atau 17 persen pada tahun sebelumnya.

TotalEnergies juga memberikan tanggapannya atas sikap PFZW. “Kami percaya bahwa pengecualian hanya mengalihkan kepemilikan saham kepada investor lain yang mungkin kurang ambisius dibandingkan dengan PGGM dan PFZW dalam hal transisi iklim,” kata TotalEnergies.

TotalEnergies mengatakan bahwa mereka bertujuan untuk menjadi salah satu dari lima produsen tenaga angin dan surya terbesar di dunia pada tahun 2030.

"Mengembangkan aktivitas-aktivitas terbarukan ini hanya mungkin dilakukan berkat arus kas yang dihasilkan oleh kegiatan minyak dan gas kami," kata TotalEnergies.

Sementara itu, BP mengatakan bahwa pihaknya bertujuan untuk bertransisi dari perusahaan minyak internasional menjadi perusahaan energi terintegrasi, berinvestasi pada sistem minyak dan gas saat ini dan membangun sistem minyak dan gas di masa depan, dengan karbon yang lebih rendah dan margin yang lebih tinggi.

“Kami yakin dengan strategi kami. Dan kami sangat jelas dengan apa yang kami butuhkan untuk mencapai target 2025,” kata BP.

PFZW akan terus berinvestasi di tujuh perusahaan di sektor ini yaitu Cosan, Galp Energia (GALP.LS) Granuul Invest, Neste (NESTE.HE), OMV (OMVV.VI), Raizen (RAIZ4.SA), dan Worley (WOR.AX).

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler